Kisah Gunung Krakatau dan Anak Krakatau yang Banyak Makan Korban

Editor

Fardi Bestari

Rabu, 2 Januari 2019 09:45 WIB

Asap hitam menyembur saat terjadi letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda, Banten, Senin 10 Desember 2018. Anak Krakatau merupakan anak gunung Krakatau yang telah meletus pada Agustus 1883 silam. ANTARA FOTO/Weli Ayu Rejeki

Asap hitam menyembur saat terjadi letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda, Banten, Senin 10 Desember 2018. Anak Krakatau merupakan anak gunung Krakatau yang telah meletus pada Agustus 1883 silam. ANTARA FOTO/Weli Ayu Rejeki

Gunung Anak Krakatau mengeluarkan asap dan benda material panas saat meletus pada siang hari di Selat Sunda, Lampung, Selasa, 30 Oktober 2007. Letusan gunung Krakatau pada Agustus 1883 merupakan letusan gunung terbesar di dunia yang menyebabkan sekitar 36.000 jiwa meninggal dan berdampak hingga ke beberapa benua di dunia. Dok.TEMPO/ Arie Basuki

Gunung Anak Krakatau mengeluarkan asap dan benda material panas saat meletus pada siang hari di Selat Sunda, Lampung, Selasa, 30 Oktober 2007. Letusan gunung Krakatau pada Agustus 1883 merupakan letusan gunung terbesar di dunia yang menyebabkan sekitar 36.000 jiwa meninggal dan berdampak hingga ke beberapa benua di dunia. Dok.TEMPO/ Arie Basuki

Erupsi Gunung Anak Krakatau terlihat dari KRI Torani 860 saat berlayar di Selat Sunda, Lampung, Selasa 1 Januari 2019. Gunung Anak Krakatau mulai diketahui tumbuh pada 20 Januari 1930 hasil dari letusan Gunung Krakatau pada Agustus 1883. Anak Krakatau muncul akibat erupsi kompilasi pada 11 Juni 1927 dengan komposisi magma basa muncul di pusat komplek Krakatau. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Erupsi Gunung Anak Krakatau terlihat dari KRI Torani 860 saat berlayar di Selat Sunda, Lampung, Selasa 1 Januari 2019. Gunung Anak Krakatau mulai diketahui tumbuh pada 20 Januari 1930 hasil dari letusan Gunung Krakatau pada Agustus 1883. Anak Krakatau muncul akibat erupsi kompilasi pada 11 Juni 1927 dengan komposisi magma basa muncul di pusat komplek Krakatau. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Gunung Anak Krakatau mengeluarkan asap di Selat Sunda, Senin, 20 April 2015. Kegiatan vulkanik Gunung Anak Krakatau sejak lahir pada 1930 hingga 2000, telah mengalami erupsi lebih dari 100 kali, baik secara eksplosif maupun efusif. Dari beberapa letusan tersebut, umumnya titik letusan selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh kerucutnya. Dok.TEMPO/Dian Triyuli Handoko

Gunung Anak Krakatau mengeluarkan asap di Selat Sunda, Senin, 20 April 2015. Kegiatan vulkanik Gunung Anak Krakatau sejak lahir pada 1930 hingga 2000, telah mengalami erupsi lebih dari 100 kali, baik secara eksplosif maupun efusif. Dari beberapa letusan tersebut, umumnya titik letusan selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh kerucutnya. Dok.TEMPO/Dian Triyuli Handoko

Foto udara letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu 23 Desember 2018. Pada tahun 2000-an Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan kegempaan terutama pada September 2005. Sementara Oktober 2007 aktivitas kegempaannya kembali meningkat dan terjadi letusan abu setinggi 200 meter. ANTARA FOTO/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat

Foto udara letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu 23 Desember 2018. Pada tahun 2000-an Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan kegempaan terutama pada September 2005. Sementara Oktober 2007 aktivitas kegempaannya kembali meningkat dan terjadi letusan abu setinggi 200 meter. ANTARA FOTO/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat

Aktivitas Gunung Anak Krakatau saat erupsi terlihat dari KRI Torani 860 di Perairan Selat Sunda, Jumat 28 Desember 2018. Salah satu dari ratusan Aktivitas besar Gunung Anak Krakatau yakni pada 22 Desember 2018 yang mengakibatkan Tsunami Selat Sunda dan menewaska sekitar 437 orang. Dan hingga kini Anak Krakatau ini masih melakukan aktivitasnya. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Aktivitas Gunung Anak Krakatau saat erupsi terlihat dari KRI Torani 860 di Perairan Selat Sunda, Jumat 28 Desember 2018. Salah satu dari ratusan Aktivitas besar Gunung Anak Krakatau yakni pada 22 Desember 2018 yang mengakibatkan Tsunami Selat Sunda dan menewaska sekitar 437 orang. Dan hingga kini Anak Krakatau ini masih melakukan aktivitasnya. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja


1 dari Gambar