Tradisi Perang Sampian Untuk Memohon Kesejahteraan Lahir dan Batin
Editor
Sabtu, 27 April 2024 16:04 WIB
Umat Hindu saling memukul menggunakan sampian atau bagian sesajen berbahan janur dalam tradisi Perang Sampian di Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Gianyar, Bali, Sabtu 27 April 2024. Tradisi setahun sekali yang digelar secara turun-temurun di desa tersebut merupakan simbol perlawanan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan) untuk memohon kesejahteraan lahir dan batin kepada Tuhan. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Umat Hindu saling memukul menggunakan sampian atau bagian sesajen berbahan janur dalam tradisi Perang Sampian di Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Gianyar, Bali, Sabtu 27 April 2024. Tradisi setahun sekali yang digelar secara turun-temurun di desa tersebut merupakan simbol perlawanan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan) untuk memohon kesejahteraan lahir dan batin kepada Tuhan. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Umat Hindu saling berpegangan tangan saat melakukan ritual Maombak-Ombakan dalam rangkaian tradisi Perang Sampian di Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Gianyar, Bali, Sabtu 27 April 2024. Tradisi setahun sekali yang digelar secara turun-temurun di desa tersebut merupakan simbol perlawanan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan) untuk memohon kesejahteraan lahir dan batin kepada Tuhan. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Umat Hindu berkeliling pura sambil menari saat prosesi Nampiog dalam rangkaian tradisi Perang Sampian di Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Gianyar, Bali, Sabtu 27 April 2024. Tradisi setahun sekali yang digelar secara turun-temurun di desa tersebut merupakan simbol perlawanan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan) untuk memohon kesejahteraan lahir dan batin kepada Tuhan. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo