Keutamaan Memberi Maaf  

Editor

Suseno TNR

TEMPO/Yosep Arkian
TEMPO/Yosep Arkian

TEMPO.CO - Dalam ajaran Islam, sebenarnya ada hal yang lebih dianjurkan dari sekadar meminta maaf, yaitu memberi maaf sebelum diminta. Misalnya, memaafkan seseorang sebelum ia menyadari kesalahannya dan meminta maaf kepada kita. Sebagaimana sifat Allah, yang Al-‘Afuw atau Maha Pemaaf. Manusia juga memiliki sifat pemaaf. 

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 52, “Kemudian setelah itu Aku maafkan kesalahanmu agar kamu bersyukur.” Memberi maaf lebih utama daripada meminta maaf. Artinya, janganlah menyimpan dendam kepada orang yang bersalah kepada kita karena sesungguhnya orang yang pendendam doanya tidak diterima Allah. 

Dalam ajaran Islam, memaafkan kesalahan orang lain merupakan salah satu ciri orang yang bertakwa. Allah, dalam Surat Al-Imran ayat 133-134, berfirman, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu. Allah menyediakan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Hati jangan sampai dendam, benci, sombong, dan egoistis agar bisa memaafkan. Adapun proses maaf-memaafkan sekarang ini semakin dipermudah oleh teknologi. Misalnya, meminta maaf melalui pesan pendek atau jejaring sosial. Namun manfaat lain dari maaf-memaafkan adalah meredam konflik dan menguatkan tali silaturahmi. Dalam Islam, bermaaf-maafan ditunjukkan dengan aksi, yaitu bersalaman dan berjabat tangan, bahkan cium pipi kanan dan pipi kiri bagi sesama muhrim.

*) Profesor Ali Parman, Cendekiawan
(Pernah dimuat di Koran Tempo, 13 Agustus 2011)