Kisah Sahabat Nabi: Berusaha Khusyuk dalam Salat  

Editor

Suseno TNR

TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO - Pada suatu hari, saat Rasulullah SAW berada di masjid, seorang sahabat datang menghampirinya. Ia mengeluh karena merasa sulit mengerjakan salat dengan khusyuk. Sering kali ia masih teringat akan hal-hal lain, termasuk urusan rumah tangga, utang-piutang, dan sebagainya.

Rasulullah SAW kemudian berkata "Tidak ada orang yang dapat sempurna dan khusyuk sepenuhnya dalam mengerjakan salat dari awal hingga akhir."

"Saya bisa, ya Rasulullah," tiba-tiba Ali bin Abi Thalib menyela dengan yakin.

"Baiklah, jika memang benar dapat sempurna dengan khusyuk dari awal hingga akhir, akan kuberikan sorbanku yang terbaik sebagai hadiah untukmu," kata Rasulullah.

Kemudian Ali bin Abi Thalib mengerjakan salat sunah dua rakaat, terlihat dia mengerjakannya dengan penuh kekhusyukan. Namun setelah selesai, Ali tampak murung. Rasulullah SAW bertanya, "Apakah kamu bisa mengerjakan dengan khusyuk dan sempurna, Ali?"

"Dari rakaat pertama sampai sujud terakhir saya masih bisa khusyuk, ya Rasul. Namun, ketika hendak salam, saya teringat akan sorban sebagai hadiah yang kau janjikan, ya Rasul," kata Ali dengan murung

Rasulullah SAW mengatakan, bahwa khusyuk itu memang tidak mudah. Sebab, khusyuk itu diukur oleh Allah sebatas kemampuan manusia. Namun, ketika pikiran sudah terbawa urusan lain ketika salat, segera kembalikan lagi kepada salat. Jadi, khusyuklah kita dalam salat.

*) Kisah Teladan Islam (Penebar Swadaya, 2010)