Salat Lail di Masjid Ini Lebih Ramai Ketimbang Istiqlal

Seorang remaja mesjid membersihkan halaman Masjid Raya, Makassar, Kamis (19/7). Jelang bulan Ramadhan, pengurus masjid mulai membersihkan dan mempercantik masjid untuk memberi kenyamanan pada umat Islam yang akan beribadah selama bulan puasa. TEMPO/Iqbal Lubis
Seorang remaja mesjid membersihkan halaman Masjid Raya, Makassar, Kamis (19/7). Jelang bulan Ramadhan, pengurus masjid mulai membersihkan dan mempercantik masjid untuk memberi kenyamanan pada umat Islam yang akan beribadah selama bulan puasa. TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO , Makassar:Sudah menjadi sebuah tradisi, pada sepuluh malam terakhir Ramadan digelar salat lail di Masjid Raya Makassar. Lebih dari seribu orang memadati masjid itu. Mereka tidak hanya datang dari Makassar, tapi juga dari berbagai daerah, seperti Gowa, Maros, Pangkep, dan Palopo.

Setelah tarawih, beberapa orang memilih tetap tinggal dan menunggu salat lail—salat malam yang dimulai pukul 01.00 hingga 03.00 Wita. Sembari menunggu,  ada yang memilih menghabiskan waktu dengan duduk bercengkerama, ada pula yang membaca Al-Quran, serta beberapa orang terlelap tidur beralaskan tikar dan sajadah. Ada juga yang membawa kelambu berbentuk tenda.

Husain, 54 tahun, dan Hamzah, 69 tahun, memilih berbincang di beranda lantai satu masjid. Malam itu, perbincangan mereka ditemani sebungkus rokok, sebungkus kacang, dan air putih. Mereka bercerita tentang pengalaman hidup dan salat malam. “Di antara semua masjid yang pernah saya kunjungi, salat lail di Masjid Raya inilah yang paling ramai, bahkan Masjid Istiqlal di Jakarta tidak seramai ini,” ucap Hamzah, Kamis malam lalu.

Lelaki yang berdomisili di Jakarta itu pernah ikut salat malam di beberapa masjid di Pulau Jawa. Hamzah mengaku kedatangannya ke Makassar kali ini untuk jalan-jalan.

Husain, yang berasal dari Manado, mengaku mendapat informasi dari kawannya tentang salat lail di Masjid Makassar ini. Dia pun memilih tarawih dan menunggu salat lail. “Ini pengalaman pertama saya. Semenjak saya kenal yang namanya puasa, saya tidak pernah ikut salat lail. Di Manado, tak ada masjid yang menyelenggarakan salat lail,” katanya.

Seperti Husain, ini juga menjadi pengalaman pertama bagi Ceko, 45 tahun. Perempuan yang berdomisili di Jalan Pampang, Makassar, itu juga ingin merasakan salat lail di Masjid Raya. “Saya ingin berdoa diberi kesehatan dan keselamatan dunia dan akhirat, juga keluarga,” kata dia tentang motivasinya mengikuti salat lail. Malam itu, ia meminta putranya pulang untuk mengambil sarung sebagai alas tidur.

Mereka yang datang tak hanya dari kalangan orang tua. Warda, 16 tahun, sudah dua malam berturut-turut mengikuti salat lail. Ia datang bersama ibunya, menempuh perjalanan sekitar 20 kilometer dari rumahnya di kawasan Daya.