Cara Sederhana Mengukur Puasa Diterima Allah

TEMPO Interaktif, Bekasi - Cara mengukur puasa diterima Allah SWT atau tidak, ternyata mudah. Parameternya sederhana, merasa ringan menahan lapar dan haus setelah 13 hari berlalu dan sisa 17 hari lagi puasa.

Menurut Ustadz Sidiq Insi, ganjaran puasa memang rahasia Ilahi. Tetapi setiap muslim bisa menguji kadar amalannya pada perilaku fisik dan psikologis masing-masing.

"Jika merasa enteng, tidak ada beban saat berpuasa berari tandanya puasanya diterima Allah," kata Ustadz Sidiq.

Selama 13 hari berlalu, tidak sedikit orang berpuasa merasa berat menahan lapar dan dahaga. Sehingga di pikirannya hanya ada makanan dan minuman lezat dan menyegarkan. Amalan puasa orang seperti itu, lanjutnya, tidak diterima Allah karena menjalankan ibadah dengan perasaan terpaksa.

Ustadz Sidiq mengutip ayat Al-Qur'an: "Apa yang ada disisi kita semua yang kita miliki akan hancur, dan apa yang ada di sisi Allah akan kekal, dan Allah berjanji memberikan ganjaran pahala" (S: An Nahl:96).

Reaksi amalan puasa diterima Allah terhadap perilaku adalah tumbuhnya sifat sabar. Karena sabar lah, seorang muslim tetap bekerja di siang hari sekalipun sedang berpuasa.
Sifat sabar ada tiga: Pertama, sabar dalam ketaatan kepada Allah, dalam mejalankan ibadah wajib dan ibadah sunnah.

Kedua, sabar terhadap maksiat, terhadap godaan yang bisa menjerumuskan pada pengingkaran perintah Allah. Ketiga, sabar ketika ditimpa musibah, menerima bahwa besar kecilnya cobaan adalah datangnya hanya dari Allah SWT. Jika tiga sifat sabar itu dimiliki orang berpuasa, Ustadz Sidiq melanjutkan, maka dialah yang dijanjika pahala puasa.

"Sesungguhnya hanya orang-orang bersabar saja yang dicukupkan pahalanya oleh Allah". (Q.S: Az zumar:10).

HAMLUDDIN