TEMPO.CO, Jakarta - Ramadan adalah salah satu bulan istimewa yang kehadirannya selalu dinanti-nanti oleh seluruh umat Islam dunia. Pasalnya, bulan ini memiliki banyak kemuliaan dan keberkahan yang diberikan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, tak heran jika bulan ini kerap dijadikan inspirasi untuk membuat sebuah karya, seperti lagu, cerpen, hingga puisi.
Puisi tentang Ramadan adalah puisi Islami yang memiliki makna mendalam pada setiap baitnya. Selain itu, puisi ini juga umumnya berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, atau manusia dengan manusia lain. Lantas, apa saja puisi tentang Ramadan? Berikut kumpulan puisi tentang Ramadan, ada karya Chairil Anwar.
Puisi 1
Judul: Ode Ramadhan – Karya: Aspar Paturusi
kau peluk sahurmu
kau biarkan haru
menyusup ke hatimu
kau papah puasa
tertatih-tatih
menuju petang
kau jemput iman
lalu kau baringkan
di sisimu
ke akhir ramadhan
terasa kian teduh
selimut batin
Puisi 2
Judul: Ramadhan Malam – Karya: Damiri Mahmud
Malam
dalam
rakaat
patah-patah
Malam
tengah malam
huruf yang tertatih
lelah
Meniti hening
Allah
Puisi 3
Judul: Doa – Karya: Chairil Anwar
Tuhanku
dalam termangu
aku masih menyebut namaMu
biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Puisi 4
Judul: Sajak Putih – karya: Chairil Anwar
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi
Malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak membelah
Puisi 5
Judul: Di Masjid – Karya: Chairil Anwar
Kuseru saja Dia
Sehingga datang juga
Kamipun bermuka-muka
Seterusnya ia bernyala-nyala dalam dada
Segala daya memadamkannya
Bersimpuh peluh diri yang tak bisa diperkuda
Ini ruang
Gelanggang kami berperang
Binasa-membinasa
Satu menista lain gila
Puisi 6
Judul: Ramadhan – Karya: A. Rahim Eltara
Ramadhan Ya Ramadhan
siang malam sayapmu mengepak
cahaya
yang berkibar-kibar atas sajadah
meredam lapar dan haus
pijarmu menuntun mengeja Alif Ba Ta-Mu
yang menggetar kuba langit
Seruan firman-Mu menyeru seru
‘kendalikan segala naluri dan rasa’
merasa sejuk menyejuk kalbu
menyemai kasih
sama rata sama rasa
Semoga jelaga batin terkelupas lepas
oleh busa Ramadhan-Mu.
Puisi 7
Judul: Masuk Ramadhan – Karya: Kurniawan Junaedhie
Rotasi bulan
Merengkuh Ramadan
Perbanyak amalan
Di meja makan:
Menatap menu Iftar
Mengalir ikhlas.
Di saat sahur
Nafsu nafsi dibenamkan
Karna takwa
Jelang petang
Menahan hawa nafsu
Membuhul amal saleh
Langit meremang.
Di atas kuburan
Tak ada rembulan
Siang kerontang
Sidnan Nabi melantun
Kuatkan takwa.
Pulang tarawih:
Gadis kecil berlenggang
Menyanyi Bimbo.
Puisi 8
Judul: Kembali – Karya: Amien Wangsitalaja
Jika aku pantas
menuai bahagia ini
izinkan aku
kembali
dan
kusadap rahsia waktu
yang tlah merapuhkan egoku
di hadapan pesonamu
dan
seperti segarnya pagi
kuasyiki keceriaan
rona fitri.
Puisi 9
Judul: Fenomena Buka – Karya: Damiri Mahmud
Masjid-masjid penuh
Dapur-dapur gemuruh
Meja makan hidangan riuh
Perut penuh
Menyimbur peluh
Puisi 10
Judul: Mati Puasa – Karya: YS Sunaryo
sahur melahap dengkur
Tak ada jibaku tempur
jiwa sudah lama tertidur
belum meliang kubur
padahal badan telah bangkai
tetapi keranda belum sampai
kecuali jelma ketakutan-ketakutan
sepanjang jalan ramadhan
o, budak permainan
minum dan makan
mulut membunuh puasa
sepanjang masa
Puisi 11
Judul: Agama – Karya: K.H. A. Mustofa Bisri
yang disediakan Tuhan
untuk kendaraan kalian
berangkat menuju hadiratNya
jangan terpukau keindahan saja
apalagi sampai
dengan saudara-saudara sendiri bertikai
berebut tempat paling depan
kereta kencana
cukup luas untuk semua hamba
yang rindu tuhan
berangkatlah!
sejak lama
Ia menunggu kalian
Puisi 12
Judul: Padamu Jua – Karya: Amir Hamzah
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Kaulah kendi kemerlap
Pelita jendela dimalam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia, selalu
Sat kasihku
Aku manusia Rindu rasa Rindu rupa
Dimana engkau Rupa tiada
Suara sayup hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila sasar Sayang berulang padamu jua
Jangan pelik menarik ingin serupa darah dibalik tirai
Kasihku sunyi menunggu seorang diri lalu wakyu – bukan giliranku Mati hari – bukan kawanku
Puisi 13
Judul: Sajadah Panjang – Karya: Taufik Ismail
Ada sajadah panjang terbentang
Daru kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba Kuburan hamba bila mati
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekedar interupsi
Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau Sepenuhnya.
Puisi 14
Judul: Gumamku ya Allah – Karya: W.S. Rendra
angin dan langit dalam diriku, gelap dan terang di alam raya,
arah dan kiblat di ruang dan waktu,
memesona rasa duga dan kira,
adalah bayangan rahasia kehadiran-Mu, ya, Allah!
Serambut atau berlaksa hasta
entah apa bedanya dalam penasaran pengertian.
Musafir-musafir yang senantiasa mengembara.
Umat mausia tak ada yang juara.
Api rindu pada-Mu menyala di puncak yang sepi.
Semua manusia sama tidak tahu dan sama rindu.
Agama adalah kemah para pengembara.
Menggema beragam doa dan puja.
Arti yang sama dalam bahasa-bahasa berbeda.
Puisi 15
Judul: Senangnya Shalat tarawih – Karya: Chairil Anwar
Setiap bulan ramadhan kami umat Islam selalu menunaikan salat tarawih berjamaah
Setiap pukul setengah tujuh malam ayah menggandeng tanganku berjalan menuju masjid di seberang jalan
Setiba disana sudah banyak jamaah salat tarawih
Kami segera berwudhu kemudian mencari tempat yang masih kosong dan menunggu azan dikumandangkan oleh muazin
Setelah itu kami menunaikan salat isya
Kemudian salat tarawih berjamaah dipimpin oleh Imam masjid yang bersuara sangat lembut
Alhamdulillah, kami melaksanakan salat tarawih dengan khusyuk
Puisi 16
Judul: Kekasih yang Kami Rindu - Karya: Intan Wulan Sari
Kemarin kudengar tabuh genderang
Katanya sang kekasih kembali datang
Oh sungguh siapa yang tak senang
Bahkan aku insan dalam balutan dosa pun turut riang
Sarung dan mukena kembali dikenakan
Linggar sepi kembali diramaikan
Lisan dan tindakan kembali diluruskan
Syahdu terdengar gema lantunan Al-Qur’an
Meski tahun ini datangnya cukup sapi,
Namun kata menanti tak pernah hilang dari hati
Bagaimana tidak, dia kekasih yang kami rindui Bulan suci, bulan penawar hati
Jika esok takbir telah berkumandang
Dan kekasih kembali pulang
Munajat kami tuk bersua di Ramadan mendatang
Kekasih yang kami rindu dalam kenang
Puisi 17
Judul: Merindu Akan Hilal - Karya: Berliani Farra Abida
Dalam langit-langit yang membiru
Ketika bias-bias pancaran kalbu
Terbisik perasaan merindu
Kapan akan kembali hilal bertemu
Bulan suci ramadhan
Kalimat yang mendambakan
Untuk semua umat yang beriman
Kedatanganmu sungguh mengesankan
Kupijakan pada hati
Kesabaran dan keikhlasan untuk sang ilahi
Badai akan hawa nafsu teruji
Kuberikan kasih cahaya nurani
Terimakasih Tuhan
Keagunganmu sungguh luar biasa
Kau berikan sebuah tempat bertaubat
Kau berikan bulan kemuliaan
Hanya kata syukur kuucap
Atas lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an
Aku berbisik pada Tuhan
“Aku merindukan akan hilal ramadhan”
Puisi 18
Judul: Menjemput Ramadhan - Karya: Ahmad Yani AZ
Sejenak suara terkurung waktu
Begitu indah didengar
Bebunyian berama alat berpadu
Nyanyikan irama bangunkan sahur
Yaaa…sebuah tradisi yang takkan hilang oleh zaman
Menemani santapan menjelang sahur
Meski kemarin terhalang pandemi
Mesti kemarin sempat ditampilkan kembali secara virtual
Namun auranya takkan pupus di hati
Sebuah tradisi yang semakin merakyat dari tahun ke tahun
Yang selalu mengundang decak kagum di antara kerumunan mengundang khalayak
Untuk dipertahankan dan dilestarikan
Arakan Sahur
Yang barangkali di daerah lain tak seperti di kota kecil Kuala Tungkal ini
Menjadi kebanggaan dan salah satu aset yang sangat berharga
Tradisi masyarakat yang semakin dinanti menjelang Ramadhan
Semoga kembali bisa hadir
Semoga pandemi pun segera berakhir
Puisi 19
Judul: Masuk Ramadhan - Karya: Kurniawan Junaedhie
Rotasi bulan
Merengkuh Ramadan
Perbanyak amalan
Di meja makan:
Menatap menu Iftar
Mengalir ikhlas
Di saat sahur
Nafsu nafsi dibenamkan
Karna takwa
Jelang petang
Menahan hawa nafsu
Membuhul amal saleh
Langit meremang
Di atas kuburan
Tak ada rembulan
Siang kerontang
Sidnan Nabi melantun
Kuatkan takwa
Pulang tarawih:
Gadis kecil berlenggang
Menyanyi Bimbo
Puisi 20
Judul: Menanam Cinta pada Ramadhan - Karya: Mustafa Ismail
Kutanam cinta padamu, bulan penuh berkah
pengganti seribu bulan yang lewat dan berdebu
Matahari yang perak mengusung waktu yang kehitaman
kita menulis hari-hari kita seperti mengulum senyum
paling indah buat seorang perempuan: kita lupakan
warna rambut yang berubah, juga arloji yang menua
Tuhan menjadi tempat kita bersenda gurau
yang selalu terkalahkan. Kita tidak pernah menulis cinta
apalagi menyapanya setiap saat, membikinnya akrab
sebagai kekasih paling setia
Karena itu, aku tidak ingin lagi terlambat
menumpahkan seluruh gairah, segenap perasaan
yang telah membantu jauh
o ramadhan, bikinlah aku betah menekunimu
sebagai bulan madu yang tak habis-habisnya.
Itulah kumpulan puisi tentang ramadhan dari berbagai penyair Indonesia. Semoga bermanfaat.
Pilihan editor: Yudhistira ANM Massardi Gelar Pameran Tunggal Puisi dan Gambar Gatal di Bandung
RADEN RIZKI