Kumpulan Puisi Tentang Ramadan dari Penyair Indonesia

Evawani Alissa Chairi Anwar, putri semata wayang penyair Chairil Anwar, saat membacakan puisi
Evawani Alissa Chairi Anwar, putri semata wayang penyair Chairil Anwar, saat membacakan puisi "Cintaku Jauh di Pulau" di acara Konser Puisi Seratus Tahun Chairil Anwar di Gramedia Matraman, Jakarta, Selasa, 26 Juli 2022. (Pramodana)

TEMPO.CO, JakartaRamadan adalah salah satu bulan istimewa yang kehadirannya selalu dinanti-nanti oleh seluruh umat Islam dunia. Pasalnya, bulan ini memiliki banyak kemuliaan dan keberkahan yang diberikan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, tak heran jika bulan ini kerap dijadikan inspirasi untuk membuat sebuah karya, seperti lagu, cerpen, hingga puisi.

Puisi tentang Ramadan adalah puisi Islami yang memiliki makna mendalam pada setiap baitnya. Selain itu, puisi ini juga umumnya berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, atau manusia dengan manusia lain. Lantas, apa saja puisi tentang Ramadan? Berikut kumpulan puisi tentang Ramadan, ada karya Chairil Anwar.

Puisi 1

Judul: Ode Ramadhan – Karya: Aspar Paturusi

kau peluk sahurmu

kau biarkan haru

menyusup ke hatimu

kau papah puasa

tertatih-tatih

menuju petang

kau jemput iman

lalu kau baringkan

di sisimu

ke akhir ramadhan

terasa kian teduh

selimut batin

Puisi 2

Judul: Ramadhan Malam – Karya: Damiri Mahmud

Malam

dalam

rakaat

patah-patah

Malam

tengah malam

huruf yang tertatih

lelah

Meniti hening

Allah

Puisi 3

Judul: Doa – Karya: Chairil Anwar

Tuhanku
dalam termangu
aku masih menyebut namaMu

biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

Puisi 4

Judul: Sajak Putih – karya: Chairil Anwar

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi

Malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu

Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka

Antara kita mati datang tidak membelah

Puisi 5

Judul: Di Masjid – Karya: Chairil Anwar

Kuseru saja Dia
Sehingga datang juga
Kamipun bermuka-muka
Seterusnya ia bernyala-nyala dalam dada
Segala daya memadamkannya

Bersimpuh peluh diri yang tak bisa diperkuda
Ini ruang
Gelanggang kami berperang
Binasa-membinasa
Satu menista lain gila

Puisi 6

Judul: Ramadhan – Karya: A. Rahim Eltara

Ramadhan Ya Ramadhan

siang malam sayapmu mengepak

cahaya

yang berkibar-kibar atas sajadah

meredam lapar dan haus

pijarmu menuntun mengeja Alif Ba Ta-Mu

yang menggetar kuba langit

Seruan firman-Mu menyeru seru

‘kendalikan segala naluri dan rasa’

merasa sejuk menyejuk kalbu

menyemai kasih

sama rata sama rasa

Semoga jelaga batin terkelupas lepas

oleh busa Ramadhan-Mu.

Puisi 7

Judul: Masuk Ramadhan – Karya: Kurniawan Junaedhie

Rotasi bulan 

Merengkuh Ramadan 

Perbanyak amalan

Di meja makan: 

Menatap menu Iftar

Mengalir ikhlas.

Di saat sahur

Nafsu nafsi dibenamkan 

Karna takwa

Jelang petang

Menahan hawa nafsu

Membuhul amal saleh

Langit meremang.

Di atas kuburan

Tak ada rembulan

Siang kerontang 

Sidnan Nabi melantun

Kuatkan takwa.

Pulang tarawih:

Gadis kecil berlenggang

Menyanyi Bimbo.

Puisi 8

Judul: Kembali – Karya: Amien Wangsitalaja

Jika aku pantas

menuai bahagia ini

izinkan aku

kembali

dan

kusadap rahsia waktu

yang tlah merapuhkan egoku

di hadapan pesonamu

dan

seperti segarnya pagi

kuasyiki keceriaan

rona fitri.

Puisi 9

Judul: Fenomena Buka – Karya: Damiri Mahmud

Masjid-masjid penuh

Dapur-dapur gemuruh

Meja makan hidangan riuh

Perut penuh

Menyimbur peluh

Puisi 10

Judul: Mati Puasa – Karya: YS Sunaryo

sahur melahap dengkur

Tak ada jibaku tempur

jiwa sudah lama tertidur

belum meliang kubur

padahal badan telah bangkai

tetapi keranda belum sampai

kecuali jelma ketakutan-ketakutan

sepanjang jalan ramadhan

o, budak permainan

minum dan makan

mulut membunuh puasa

sepanjang masa

Puisi 11

Judul: Agama – Karya: K.H. A. Mustofa Bisri

yang disediakan Tuhan

untuk kendaraan kalian

berangkat menuju hadiratNya

jangan terpukau keindahan saja

apalagi sampai

dengan saudara-saudara sendiri bertikai

berebut tempat paling depan

kereta kencana

cukup luas untuk semua hamba

yang rindu tuhan

berangkatlah!

sejak lama

Ia menunggu kalian

Puisi 12

Judul: Padamu Jua – Karya: Amir Hamzah

Habis kikis

Segala cintaku hilang terbang

Pulang kembali aku padamu

Seperti dahulu

Kaulah kendi kemerlap

Pelita jendela dimalam gelap

Melambai pulang perlahan

Sabar, setia, selalu

 Sat kasihku

Aku manusia Rindu rasa Rindu rupa

Dimana engkau Rupa tiada

Suara sayup hanya kata merangkai hati

Engkau cemburu Engkau ganas

Mangsa aku dalam cakarmu Bertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku, gila sasar Sayang berulang padamu jua

Jangan pelik menarik ingin serupa darah dibalik tirai

Kasihku sunyi menunggu seorang diri lalu wakyu – bukan giliranku Mati hari – bukan kawanku

Puisi 13

Judul: Sajadah Panjang – Karya: Taufik Ismail

Ada sajadah panjang terbentang

Daru kaki buaian

Sampai ke tepi kuburan hamba Kuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbentang

Hamba tunduk dan sujud

Di atas sajadah yang panjang ini

Diselingi sekedar interupsi

Mencari rezeki, mencari ilmu

Mengukur jalanan seharian

Begitu terdengar suara azan

Kembali tersungkur hamba

Ada sajadah panjang terbentang

Hamba tunduk dan rukuk

Hamba sujud dan tak lepas kening hamba

Mengingat Dikau Sepenuhnya.

Puisi 14

Judul: Gumamku ya Allah – Karya: W.S. Rendra

angin dan langit dalam diriku, gelap dan terang di alam raya,

arah dan kiblat di ruang dan waktu,

memesona rasa duga dan kira,

adalah bayangan rahasia kehadiran-Mu, ya, Allah!

Serambut atau berlaksa hasta

entah apa bedanya dalam penasaran pengertian.

Musafir-musafir yang senantiasa mengembara.

Umat mausia tak ada yang juara.

Api rindu pada-Mu menyala di puncak yang sepi.

Semua manusia sama tidak tahu dan sama rindu.

Agama adalah kemah para pengembara.

Menggema beragam doa dan puja.

Arti yang sama dalam bahasa-bahasa berbeda.

Puisi 15

Judul: Senangnya Shalat tarawih  – Karya: Chairil Anwar

Setiap bulan ramadhan kami umat Islam selalu menunaikan salat tarawih berjamaah

Setiap pukul setengah tujuh malam ayah menggandeng tanganku berjalan menuju masjid di seberang jalan

Setiba disana sudah banyak jamaah salat tarawih

Kami segera berwudhu kemudian mencari tempat yang masih kosong dan menunggu azan dikumandangkan oleh muazin

Setelah itu kami menunaikan salat isya

Kemudian salat tarawih berjamaah dipimpin oleh Imam masjid yang bersuara sangat lembut

Alhamdulillah, kami melaksanakan salat tarawih dengan khusyuk

Puisi 16

Judul: Kekasih yang Kami Rindu - Karya: Intan Wulan Sari

Kemarin kudengar tabuh genderang

Katanya sang kekasih kembali datang

Oh sungguh siapa yang tak senang

Bahkan aku insan dalam balutan dosa pun turut riang

Sarung dan mukena kembali dikenakan

Linggar sepi kembali diramaikan

Lisan dan tindakan kembali diluruskan

Syahdu terdengar gema lantunan Al-Qur’an

Meski tahun ini datangnya cukup sapi,

Namun kata menanti tak pernah hilang dari hati

Bagaimana tidak, dia kekasih yang kami rindui Bulan suci, bulan penawar hati

Jika esok takbir telah berkumandang

Dan kekasih kembali pulang

Munajat kami tuk bersua di Ramadan mendatang

Kekasih yang kami rindu dalam kenang

Puisi 17

Judul: Merindu Akan Hilal - Karya: Berliani Farra Abida

Dalam langit-langit yang membiru

Ketika bias-bias pancaran kalbu

Terbisik perasaan merindu

Kapan akan kembali hilal bertemu

Bulan suci ramadhan

Kalimat yang mendambakan

Untuk semua umat yang beriman

Kedatanganmu sungguh mengesankan

Kupijakan pada hati

Kesabaran dan keikhlasan untuk sang ilahi

Badai akan hawa nafsu teruji

Kuberikan kasih cahaya nurani

Terimakasih Tuhan

Keagunganmu sungguh luar biasa

Kau berikan sebuah tempat bertaubat

Kau berikan bulan kemuliaan

Hanya kata syukur kuucap

Atas lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an

Aku berbisik pada Tuhan

“Aku merindukan akan hilal ramadhan”

Puisi 18

Judul: Menjemput Ramadhan - Karya: Ahmad Yani AZ

Sejenak suara terkurung waktu 

Begitu indah didengar

Bebunyian berama alat berpadu

Nyanyikan irama bangunkan sahur

Yaaa…sebuah tradisi yang takkan hilang oleh zaman

Menemani santapan menjelang sahur

Meski kemarin terhalang pandemi

Mesti kemarin sempat ditampilkan kembali secara virtual

Namun auranya takkan pupus di hati

Sebuah tradisi yang semakin merakyat dari tahun ke tahun

Yang selalu mengundang decak kagum di antara kerumunan mengundang khalayak

Untuk dipertahankan dan dilestarikan

Arakan Sahur

Yang barangkali di daerah lain tak seperti di kota kecil Kuala Tungkal ini

Menjadi kebanggaan dan salah satu aset yang sangat berharga

Tradisi masyarakat yang semakin dinanti menjelang Ramadhan

Semoga kembali bisa hadir

Semoga pandemi pun segera berakhir

Puisi 19

Judul: Masuk Ramadhan - Karya: Kurniawan Junaedhie

Rotasi bulan

Merengkuh Ramadan

Perbanyak amalan

Di meja makan: 

Menatap menu Iftar

Mengalir ikhlas

Di saat sahur

Nafsu nafsi dibenamkan

Karna takwa

Jelang petang

Menahan hawa nafsu

Membuhul amal saleh

Langit meremang

Di atas kuburan

Tak ada rembulan

Siang kerontang

Sidnan Nabi melantun

Kuatkan takwa

Pulang tarawih:

Gadis kecil berlenggang

Menyanyi Bimbo

Puisi 20

Judul: Menanam Cinta pada Ramadhan - Karya: Mustafa Ismail

Kutanam cinta padamu, bulan penuh berkah

pengganti seribu bulan yang lewat dan berdebu

Matahari yang perak mengusung waktu yang kehitaman

kita menulis hari-hari kita seperti mengulum senyum

paling indah buat seorang perempuan: kita lupakan

warna rambut yang berubah, juga arloji yang menua

Tuhan menjadi tempat kita bersenda gurau

yang selalu terkalahkan. Kita tidak pernah menulis cinta

apalagi menyapanya setiap saat, membikinnya akrab

sebagai kekasih paling setia

Karena itu, aku tidak ingin lagi terlambat

menumpahkan seluruh gairah, segenap perasaan

yang telah membantu jauh

o ramadhan, bikinlah aku betah menekunimu

sebagai bulan madu yang tak habis-habisnya.

Itulah kumpulan puisi tentang ramadhan dari berbagai penyair Indonesia. Semoga bermanfaat.

Pilihan editor: Yudhistira ANM Massardi Gelar Pameran Tunggal Puisi dan Gambar Gatal di Bandung

RADEN RIZKI