Tradisi Asli Indonesia, Begini Sejarah Halalbihalal

Reporter

Editor

Nurhadi

Ilustrasi silaturahmi Idul Fitri di tengah pandemi virus Corona. Shutterstock
Ilustrasi silaturahmi Idul Fitri di tengah pandemi virus Corona. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu tradisi masyarakat Indonesia setelah Hari Raya Idul Fitri adalah melaksanakan Halalbihalal. Tradisi ini telah berlangsung sejak zaman dahulu dan secara turun-temurun dilakukan oleh masyarakat dari segala lapisan. Halalbihalal merupakan wujud ajaran Islam berupa membina ukwah atau persaudaraan pasca Lebaran. Sebelum dikenal seperti sekarang ini, tradisi Halalbihalal memiliki asal usul panjang yang menyertainya.

Dalam KBBI, Halalbihalal merupakan definisi dari acara maaf-maafan pada hari Lebaran sehingga mengandung makna silaturahmi. Melansir dari repository.radenintan.ac.id, Halalbihalal berasal dari bahasa Arab, yaitu Halla atau Halala. Kata tersebut memiliki banyak makna, mulai dari penyelesaian kesulitan, mencairkan yang beku, hingga melepas ikatan yang membelenggu.

Tradisi ini sejatinya bukan berasal dari Mekkah dan Madinah, melainkan asli dari Indonesia. Sejarah pelaksanaan Halalbihalal memiliki beragam versi. Konon, tradisi Halalbihalal dimulai sejak zaman Mangkunegaran I atau yang lebih dikenal dengan nama Pangeran Sambernyawa. Kala itu, selepas Salat Idul Fitri, Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana.

Dalam pertemuan tersebut, raja dan para punggawa atau prajurit saling bersungkem satu sama lain, yang dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua. Sungkem merupakan perilaku terpuji sekaligus lambang penghormatan dan permohonan maaf.

Sumber lain juga menyatakan bahwa tradisi Halalbihalal berawal saat masa revolusi kemerdekaan. Pada Ramadan 1946, Soekarno menggelar pertemuan dengan seluruh komponen resolusi. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar Lebaran menjadi ajang saling memaafkan dan menerima keragaman Indonesia  dalam bingkai persatuan dan kesatuan.

Kemudian, Soekarno akhirnya menyetujui diadakannya kegiatan Halalbihalal sebagai perekat hubungan silaturahmi tingkat nasional yang dihadiri oleh tokoh dan elemen bangsa. Sejak saat itu, tradisi Halalbihalal semakin marak dan dilestarikan masyarakat Indonesia sebagai media merekatkan persaudaraan antara sesama, baik dengan keluarga, tetangga, rekan kerja, dan umat beragama. 

NAOMY A. NUGRAHENI

Baca juga: Halalbihalal Lebaran, Bagaimana Asal-usul Silaturahmi Saat Idulfitri itu?