Dinas Gulkarmat DKI Beri Tips Cegah Kebakaran Saat Rumah Ditinggal Mudik

Kebakaran yang melanda pemukiman di Kawasan Pasar Gembrong, Jakarta, Ahad, 24 April 2022. Belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya kebakaran.  TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Kebakaran yang melanda pemukiman di Kawasan Pasar Gembrong, Jakarta, Ahad, 24 April 2022. Belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya kebakaran. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Dua kebakaran besar di Pasar Gembrong dan Kebon Kelapa, Jakarta, pada Ahad kemarin, 24 April 2022, yang hanya berjarak sepekan menjelang Idul Fitri, menjadi kewaspadaaan para pemudik agar lebih berhati-hari sebelum meninggalkan rumah untuk waktu yang lama.

Kepala Seksi Publikasi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta, Saepuloh, mengatakan korsleting listrik masih menjadi penyebab dominan selama periode mudik atau menjelang Lebaran.

“Listrik adalah penyebab kebakaran yang frekuensinya relatif tinggi selama musim mudik Lebaran,” kata Saepuloh saat dihubungi Tempo, Rabu, 27 April 2022.

Dinas Gulkarmat, katanya, mengimbau agar masyarakat memperhatikan segala hal tentang kelistrikan rumah sebelum pergi mudik. Pertama, pemudik harus memastikan steker atau stop kontak rumah yang ditinggal dicabut.

“Apa saja yang berkaitan dengan kelistrikan seperti dispenser, pompa air, dan semua yang berkaitan dengan listrik agar dicabut,” kata Saepuloh.

Ia mengatakan penghuni tidak perlu mematikan meteran listrik, tetapi hanya mencabut stop kontaknya saja. Mematikan meteran listrik, katanya, tentu susah dilakukan apabila pemilik memiliki hewan peliharaan ikan atau akuarium yang membutuhkan mesin.

“Hanya pastikan yang sifatnya berkaitan dengan kelistrikan seperti stop kontak, AC, dispenser, televisi, dan lainnya, agar sebaiknya dicopot atau dilepas,” katanya.

Kemudian, selain kelistrikan, pemudik juga harus memerhatikan gas sebelum meninggalkan rumah. Saepuloh mengatakan agar penghuni rumah melepas regulator gas sebelum pergi mudik.

“Supaya aman agar regulator gas dilepas saja sebelum pergi mudik,” kata dia.

Melapor ke pihak keamanan atau RT/RW setempat juga penting dilakukan, katanya, sebab agar pihak RT bisa memantau jika terjadi situasi darurat. Gulkarmat menyarankan agar kunci rumah lebih baik dititipkan ke tetangga atau saudara terdekat.

“Artinya, kalau terjadi kedaruratan, tetangga atau saudara terdekat itu bisa melakukan tindakan antisipasi,” ujar Saepuloh, yang juga menyarankan agar pemudik menitipkan hewan peliharaannya di petshop, teman, tetangga, atau kerabat, selama mudik.

Saepuloh juga memaparkan prosedur pemadaman apabila terjadi kebakaran akibat korsleting atau hubungan arus pendek listrik. Yang pertama, katanya, adalah menurunkan MCB listrik sebelum melakukan pemadaman.

“Pertama, MCB harus diturunkan. Kalau MCB-nya dipasang benar, maka akan turun otomatis. Seaindainya sistemnya sudah diubah, sering kali MCB tetap bertahan. Maka dari itu segera turunkan MCB-nya,” imbau Saepuloh.

Ketika MCB listrik diturunkan, maka suplai listrik ke rumah itu terhenti yang berarti warga bisa memadamkan api dengan air. Ada baiknya jika tersedia Alat Pemadam Api Ringan (APAR), katanya.

“Setelah MCB turun otomatis suplai daya ke dalam rumah itu terhenti. Otomatis tidak ada arus liatrik lagi dan kebakaran bisa dipadamkan dengan air,” ujarnya.

Namun Saepulah menyarankan APAR apabila masih ada arus listrik yang masuk. Pemadaman korsleting litstrik yang lebih aman, katanya, memang harus menggunakan APAR nonkonduksi, seperti APAR dry powder atau CO2. Menurutnya APAR untuk rumahan cukup dengan ukuran 3,5 kg atau 4,5 kg.

“Penting buat kita agar di setiap rumah, atau minimal satu RT, memiliki satu APAR untuk upaya penanganan awal kebakaran,” kata Saepuloh.

Baca juga: Warga Korban Kebakaran Pasar Gembrong Masih Trauma dan Syok