4 Pandangan Masuknya Islam ke Nusantara

Reporter

Editor

Bram Setiawan

Ilustrasi masjid. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh
Ilustrasi masjid. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh

TEMPO.CO, Jakarta - Ada berbagai pendapat masuknya agama Islam ke Nusantara. Berbagai pandangan itu berlainan muasal negara dan penyebaran agama Islam.

Masuknya Islam ke Nusantara

1. Gujarat, India

Dedi Supriyadi dalam bukunya berjudul Sejarah Peradaban Islam menulis, para pedagang India dari Gujarat berperan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia.

Para pedagang India menyebarkan agama Islam kepada setiap masyarakat yang dijumpainya, terutama di daerah pesisir. Pendapat itu muncul setelah tahun 1883 yang diperkenalkan oleh C. Snouck Hurgronje.

Masuknya Islam dari Gujarat juga dijelaskan oleh Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya (PPKB) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Ali Akbar.

“Yang menjadi dasar pandangan ini adanya kesamaan nisan di daerah Cambay dan Nusantara, seperti Samudera Pasai, Semenanjung Melayu, Kedah dan Perlak," katanya dikutip dari Antara.

2. Persia

Dasar dari pendapat ini kesamaan ritual di Persia dan Nusantara, seperti perayaan Asyura dan kesamaan penggunaan kata seperti gandum, nakhoda dan anggur. Ali Akbar menjelaskan, jaringan perdagangan dan pelayaran pada masa lalu diyakini menjadi salah satu faktor adanya hubungan keagamaan.

"Dalam hal ini adalah transmisi agama Islam dari Asia Barat dan Asia Selatan menuju kawasan Nusantara-Indonesia," kata Ali.

3. Makkah, Arab

Pendapat ini bersumber dari pedagang Arab yang melakukan aktivitas perdagangan. Pedagang Arab Telah datang ke Nusantara sejak masa kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 yang menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah bagian barat termasuk Selat Malaka.

Hubungan pedagang Arab dengan kerajaan Sriwijaya terbukti dari beberapa sebutan. Adanya para pedagang Arab untuk kerajaan Sriwijaya dengan sebutan Zabak, Zabay atau Sribusa.

Pendapat ini dikemukakan oleh Crawfurd, Keyzer, Nieman, dan de Hollander. Pandangan itu didukung oleh mayoritas tokoh-tokoh Islam di Indonesia seperti Hamka dan Abdullah bin Nuh.

Hamka mengatakan, bahwa teori yang mengatakan Islam datang dari India merupakan bentuk propaganda, bahwa Islam yang datang ke Asia Tenggara itu tidak murni.

4. Cina

Budy Sugandi yang menempuh pendidikan doktor di Southwest University menjelaskan, pada abad ke-9, Islam masuk ke Nusantara melalui Palembang, Sumatera Selatan oleh pedagang muslim Cina, yang menetap. Para ppedagang muslim Cina melakukan perkawinan dengan penduduk setempat.

"Dan ini bisa kita lihat sebenarnya pada sejarah Majapahit," kata Budy.

Pendapat yang ia kutip dari Sumanto Al-Qurtuby itu, menurut dia bisa dilihat dari sejarah Majapahit. Ia menjelaskan, Raja Brawijaya V memiliki banyak istri. Salah satu istri Raja Brawijaya adalah orang Cina.

Dari perkawinan itu melahirkan anak bernama Jin Bun atau yang dikenal dengan nama Raden Patah, raja pertama Kesultanan Demak.

"Jadi sudah ada cikal bakal China di situ. Nanti silakan sejarawan mengkaji lagi kira-kira dari empat teori ini mana yang dapat dipertanggungjawabkan," kata Budy dikutip dari NU Online.

NAUFAL RIDHWAN ALY

Baca: Muktazilah, Aliran Islam yang Mengutamakan Akal dalam Teologi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.