Sebab Anak Jadi Malas Bergerak Saat Puasa Ramadan

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Virtual gym ergosycle dengan gerakan seolah sedang mengayuh sepeda. Foto: Sakatonik ABC
Virtual gym ergosycle dengan gerakan seolah sedang mengayuh sepeda. Foto: Sakatonik ABC

TEMPO.CO, Jakarta - Anak yang turut melakukan puasa di bulan Ramadan umumnya jadi malas bergerak. Mereka lebih memilih aktivitas yang statis, seperti menonton televisi, bermain video game, atau tidur-tiduran.

"Banyak anak pada saat bulan puasa justru kurang bergerak karena mengikuti orang tuanya yang kurang bergerak," kata dokter spesialis kesehatan olahraga, Zeth Boroh dalam diskusi daring bertajuk Peluncuran Aktivitas #BerjemurAsyik bersama Sakatonik ABC pada Selasa, 21 April 2020. "Padahal yang namanya aktivitas dilakukan setiap hari, bukan selain bulan puasa saja."

Zeth Booroh mengingatkan tetap aktif bergerak dan berolahraga saat puasa tetap diperlukan. Hanya saja, perlu dipilih aktivitas seperti apa yang dilakukan agar tubuh tidak kelelahan. "Lakukan gerakan atau olahraga dengan intensitas ringan hingga sedang," kata dia.

Indikasi sebuah olah tubuh berintensitas ringan sampai sedang adalah orang tersebut tersebut masih bisa diajak berbicara dan ritme napasnya tidak terengah-engah. "Hindari olahraga berintensitas tinggi saat puasa karena memicu kelelahan," ucap dia. Kondisi tubuh yang kelelahan justru membuat daya tahan tubuh menurun.

Dokter spesialis kesehatan olahraga, Zeth Boroh. Foto: Sakatonik ABC

Berbagai manfaat bisa didapatkan jika tetap aktif bergerak dan berolahraga sembari puasa. Di antaranya memperbaiki fleksibilitas, meningkatkan kebugaran jasmani, memperbaiki kekuatan otot, meningkatkan endurance jantung dan paru-paru, menghndari cedera, meningkatkan imunitas, menstimulasi motorik anak.

Selama bulan Ramadan, kegiatan olahraga bisa dilakukan di pagi hari sambil berjemur sinar matahari selama 5 sampai 15 menit saja. Dapat juga dilakukan pada sore hari menjelang buka puasa. Zeth Boroh mengatakan olahraga di pagi hari lebih baik karena kadar oksigen di udara lebih tinggi dibanding karbondioksida.

Anak-anak yang jarang bergerak atau melakukan olah tubuh berpotensi mengalami pertumbuhan yang kurang optimal. "Bisa terjadi kekakuan sendi dan rentan mengalami cedera otot saat dewasa," ucap dia.