Melihat Basra, Kota di Irak dengan Ranjau Darat Terbanyak di Dunia

Selasa, 9 April 2024 14:30 WIB

Foto udara yang menunjukkan ranjau darat di gurun sisa perang Irak-Iran, di wilayah perbatasan Shatt al-Arab dengan Iran, di Basra, Irak 2 April 2024. Kota Basra di Irak tercatat sebagai wilayah dengan ranjau darat terbanyak di dunia peninggalan konflik dan perang saudara di negara itu. REUTERS/Essam al-Sudani

Foto udara yang menunjukkan ranjau darat di gurun sisa perang Irak-Iran, di wilayah perbatasan Shatt al-Arab dengan Iran, di Basra, Irak 2 April 2024. Kota Basra di Irak tercatat sebagai wilayah dengan ranjau darat terbanyak di dunia peninggalan konflik dan perang saudara di negara itu. REUTERS/Essam al-Sudani

Foto udara yang menunjukkan ranjau darat di gurun sisa perang Irak-Iran, di wilayah perbatasan Shatt al-Arab dengan Iran, di Basra, Irak 2 April 2024. Kota Basra di Irak tercatat sebagai wilayah dengan ranjau darat terbanyak di dunia peninggalan konflik dan perang saudara di negara itu. REUTERS/Essam al-Sudani

Foto udara yang menunjukkan ranjau darat di gurun sisa perang Irak-Iran, di wilayah perbatasan Shatt al-Arab dengan Iran, di Basra, Irak 2 April 2024. Kota Basra di Irak tercatat sebagai wilayah dengan ranjau darat terbanyak di dunia peninggalan konflik dan perang saudara di negara itu. REUTERS/Essam al-Sudani

Anggota organisasi Denmark DRS mencari sisa-sisa ranjau militer yang tersisa dari perang Irak-Iran, di gurun di wilayah perbatasan Shatt al-Arab dengan Iran, di Basra, Irak 2 April 2024. REUTERS/Essam al -Sudani

Anggota organisasi Denmark DRS mencari sisa-sisa ranjau militer yang tersisa dari perang Irak-Iran, di gurun di wilayah perbatasan Shatt al-Arab dengan Iran, di Basra, Irak 2 April 2024. REUTERS/Essam al -Sudani

Anggota organisasi Denmark DRS mencari sisa-sisa ranjau militer yang tersisa dari perang Irak-Iran, di gurun di wilayah perbatasan Shatt al-Arab dengan Iran, di Basra, Irak 2 April 2024. REUTERS/Essam al -Sudani

Anggota organisasi Denmark DRS mencari sisa-sisa ranjau militer yang tersisa dari perang Irak-Iran, di gurun di wilayah perbatasan Shatt al-Arab dengan Iran, di Basra, Irak 2 April 2024. REUTERS/Essam al -Sudani

Tariq Khalaf, seorang pegawai di departemen kesadaran Pusat Pertambangan Regional, yang terluka pada tahun 2004 saat mencari mineral sisa perang Irak-Iran, yang mengakibatkan kaki kirinya diamputasi, memasang poster di gerbang sekolah saat kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya sisa-sisa perang, di wilayah perbatasan Shatt al-Arab dengan Iran, di Basra, Irak 3 April 2024. REUTERS/Essam al-Sudani

Tariq Khalaf, seorang pegawai di departemen kesadaran Pusat Pertambangan Regional, yang terluka pada tahun 2004 saat mencari mineral sisa perang Irak-Iran, yang mengakibatkan kaki kirinya diamputasi, memasang poster di gerbang sekolah saat kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya sisa-sisa perang, di wilayah perbatasan Shatt al-Arab dengan Iran, di Basra, Irak 3 April 2024. REUTERS/Essam al-Sudani

Tariq Khalaf, seorang karyawan di departemen kesadaran Pusat Pertambangan Regional, yang terluka pada tahun 2004 selama pencarian mineral sisa perang Irak-Iran, yang mengakibatkan kaki kirinya diamputasi, berbicara kepada orang-orang saat kampanye untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya sisa-sisa perang, saat ia mendampingi anggota organisasi Denmark DRS selama kampanye di wilayah perbatasan Shatt al-Arab dengan Iran, di Basra, Irak 3 April 2024. REUTERS/Essam al-Sudani

Tariq Khalaf, seorang karyawan di departemen kesadaran Pusat Pertambangan Regional, yang terluka pada tahun 2004 selama pencarian mineral sisa perang Irak-Iran, yang mengakibatkan kaki kirinya diamputasi, berbicara kepada orang-orang saat kampanye untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya sisa-sisa perang, saat ia mendampingi anggota organisasi Denmark DRS selama kampanye di wilayah perbatasan Shatt al-Arab dengan Iran, di Basra, Irak 3 April 2024. REUTERS/Essam al-Sudani


1 dari Gambar