Cerita Pasukan Oranye Berbuka Puasa Bersama Anak Yatim  

Editor

Elik Susanto

Tenaga harian lepas yang tergabung dalam
Tenaga harian lepas yang tergabung dalam "pasukan oranye" mengikuti upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-109 Tahun yang dipimpin oleh Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat di Monas, Jakarta, 20 Mei 2017. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan orange, sebutan pekerja kebersihan di DKI Jakarta, tampak riang saat berbuka puasa bersama di Kantor Kelurahan Pegadungan, Jakarta Barat, Sabtu, 17 Juni 2017. Kegembiraan mereka menyatu dengan 101 anak yatim yang mendapat santunan dari anggota pasukan oranye, yang tergabung dalam Forum Silaturahmi PPSU (Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana) Jakarta Barat.

Baca: Begini Harapan Pasukan Oranye kepada Anies Baswedan

Anggota forum silaturahmi menyisihkan sebagian rezekinya untuk santunan kepada mereka yang membutuhkan. PPSU merupakan program yang dicetuskan mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang kini dipenjara karena kasus penistaan agama. Tugas utama pasukan oranye adalah membersihkan jalan, trotoar, saluran air atau got, mengangkat pohon tumbang dan mengannti pot-pot rusak berikut tanamannya.

PPSU juga bagian dari program Jakarta Smart City.  Bagi warga yang membutuhkan bantuan pasukan oranye bisa langsung memita dengan cara melaporkan melalui sarana teknologi informasi yang disediakan. Seperti Twitter (@dkijakarta), facebook (Pemprov DKI Jakarta), sms center (08111272206), email (dki@jakarta.go.id), sistem lapor (1708), kela balai warga,  dan aplikasi Qlue.

Laporan akan ditindaklanjuti oleh lurah dan camat. Pasukan orange siaga di tiap kelurahan dan siap bekerja pagi maupun malam. Kegembiraan dan semangat mereka tergambar dari ucapan yang optimistis. "Kami selalu bersemangat. Pimpinan galak atau tidak sama saja, tetap kerja," kata Oky Maulana dari Kembangan Utara.

Baca: Tim Anies - Sandi Bantah Akan Ada Pengurangan Jumlah Pasukan Oranye

Wartamatam dari Kelurahan Pegadungan, mengatakan bekerja bukan karena ada pimpinan atau dipimpin oleh siapa. "Bagi kami siapa pun pemimpinnya, bekerja harus sebaik mungkin." Begitu pula menurut Rudy dari Kota Bambu Utara, tugas pasukan oranye tidak terpengaruh oleh politik. "Alhamdulillah, kami bekerja seperti biasa, dievaluasi dari kelurahan. Tidak terpengaruh oleh kondisi politik," kata Rudy.

Rizky dari Pulogebang juga tidak peduli dengan siapa yang menjadi Gubernur DKI sekarang. "Tanggung jawab kami pada pekerjaan. Kalau pekerjaan tidak beres, berarti kami tidak bertanggung jawab," kata Rizky.  Tak kalah senang, Prioyor dari Kelurahan Kapuk. Ia mengaku gembira bisa menjadi bagian dari PPSU yang digagas Ahok. "Karena Pak Ahok kami bisa bekerja demi Jakarta bersih," ujar Prioyor.

Untuk menjadi pasukan oranye tidak sulit. Syarat pendidikan minimal tidak ada. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk sektor ini, yaitu rajin dan punya kemauan bekerja keras. Kebanyakan yang bergabung dalam PPSU, mereka tamatan SD, SMP dan SMA. Selain mendapat baju warna oranye, mereka juga mendapat alat kerja, dan gaji sesuai upah minimum provinsi (UMP) DKI. Setiap kelurahan, jumlah pasukan oranye antara 40-70 orang. 

Romy dari Kelurahan Roa Malaka dan Ruri dari Kelurahan Pinangsia, bertekat terus menekuni pekerjaan sebagai pasukan oranye ini. "Membersihkan saluran air, menyapu jalan, dan memungut sampah yang berserakan. Masalah Pak Ahok ditahan, kami hanya prihatin. Tapi, kami terus bekerja untuk kebersihan Jakarta."

MARIA FRANSISCA