Pesantren Kilat Ramadan untuk Para Lanjut Usia

Beberapa ibu lanjut usia melakukan mondok selama bulan Ramadan di pesantren Darul Ulum Jombang. TEMPO/Ishomuddin
Beberapa ibu lanjut usia melakukan mondok selama bulan Ramadan di pesantren Darul Ulum Jombang. TEMPO/Ishomuddin

TEMPO.CO, Jombang - Lantunan ayat-ayat suci Al-Quran sayup-sayup terdengar dari mulut para perempuan lanjut usia. Berbekal kacamata tebal, para nenek yang sebagian penglihatannya sudah berkurang itu tetap tekun membaca. Hawa siang yang cukup panas dengan embusan angin sepoi-sepoi membuat mereka sedikit menahan kantuk, saat terduduk di antara impitan lemari kayu yang jadi sekat.

Mereka adalah para lanjut usia yang sedang nyantri di Pondok Pesantren Darul Ulum, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Sama seperti layaknya orang mondok, fasilitas yang digunakan jauh dari mewah. Mereka hanya tidur dengan alas karpet atau tikar. Mereka khusus mengikuti pesantren selama Ramadan.

Para lansia ini rutin mengikuti pesantren setiap Ramadan. Mereka rata-rata anggota jemaah Tarekat Naqsyabandiyah yang dipimpin kiai di Pesantren Darul Ulum, salah satu pesantren besar di Kota Santri, Jombang. Bukan hanya dari Jombang, mereka juga datang dari luar Jombang. Mereka rela meninggalkan rumah dan tinggal di pondok selama Ramadan sampai menjelang Lebaran.

Salah seorang peserta, Rohimah, 57 tahun, mengaku sudah enam kali nyantri selama Ramadan di Darul Ulum. “Saya senang karena ilmu bertambah dan meningkatkan ibadah kepada Allah, terutama selama bulan puasa ini,” kata nenek asal Kabupaten Bangkalan, Madura, itu, Rabu, 14 Juni 2017 lalu.

Rohimah menuturkan, selama satu hari, ada beberapa kegiatan yang diikuti. “Setelah salat subuh, kami istigasah. Lalu pagi dan sore pengajian kitab dan menjelang buka puasa mengikuti tahlil,” ujarnya. Tarawih dan tadarus Al-Quran sebagai amalan sunah selama Ramadan juga rutin dikerjakan tiap hari selama Ramadan. Selama mondok, para lansia itu tak dipungut biaya sepeser pun.

Pengasuh Ponpes Darul Ulum, Kiai Haji Cholil Dahlan, mengatakan tradisi santri kilat yang diikuti para lansia ini sudah lama dilakukan. “Sudah menjadi tradisi turun-temurun, sejak zaman kakek saya dulu,” kata kiai sepuh yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Jombang itu. Cholil mengatakan, selama di pondok, para lansia ini menjalankan ibadah wajib seperti salat lima waktu dan puasa Ramadan, ditambah dengan pengajian kitab yang berisi tentang tata cara ibadah dan akhlak.

Berbeda dengan para lansia, sejumlah anak muda di Ambon menggelar acara keagamaan di kafe. Seperti pada akhir pekan lalu, salah satu kafe di Jalan A.M. Sangaji, Pension Café, kental dengan nuansa Islami. Lantunan lagu religi dan pembacaan ayat suci Al-Quran hingga dakwah menjadi kegiatan di kafe ini.  

Kegiatan tersebut bukan hanya karena Ramadan. Acara ini merupakan rangkaian Dakwah Goes to Café yang digelar Komunitas Hijrah OK Main, yang beranggotakan para anak muda. Biasanya komunitas Hijrah OK Main menggelar pengajian secara berkeliling di rumah para anggotanya.

“Khusus Ramadan ini kami ingin membuat terobosan baru karena selama ini kan kafe identik sebagai tempat nongkrong saja,” kata Kamsal, salah satu anggota komunitas, Sabtu malam, 10 Juni 2017 lalu, kepada Tempo. “Padahal kafe juga bisa dijadikan tempat kegiatan positif.”

Hatta Ingratubun, pendakwah yang mengisi acara sore itu, menjelaskan, kegiatan ibadah semacam ini tak mengenal tempat. “Ibadah tidak harus selalu dilakukan di masjid, di kafe seperti ini pun boleh.” Kegiatan semacam ini pun, ujarnya, dapat menjadi sarana bersilaturahmi dan ajang berdiskusi masalah keagamaan.

ISHOMUDDIN (JOMBANG) | RERE KHAIRIYAH (AMBON)