Tradisi Ramadan ala Tuban, Berburu Bubur Mudhor  

Ilustrasi bubur mudhor. TEMPO/Sujatmiko
Ilustrasi bubur mudhor. TEMPO/Sujatmiko

TEMPO.CO, Tuban - Bagi kaum muslim Kota Tuban, Jawa Timur, coba sisihkan waktu mencicipi santapan takjil di Masjid Al-Mudhor, Jalan Pemuda. Takjilnya bernama bubur Mudhor. Bubur beraroma gulai kambing dan rempah khas Timur Tengah itu bisa diperoleh secara gratis selama Ramadan.

Takmir Masjid Al-Mudhor, Agil Bunumay, mengatakan bubur Mudhor merupakan hidangan istimewa yang dinanti-nanti warga di sekitar Masjid Al-Mudhor. Saban Ramadan, penduduk yang tinggal di sekitar perkampungan Arab tersebut antre untuk memperoleh bubur berwarna cokelat kekuningan itu.

Sebagaimana bubur pada umumnya, kata Agil, bahan baku utama bubur Mudhor ialah beras. “Yang membedakan, bubur Mudhor diberi campuran rempah-rempah pilihan khas masakan Timur Tengah,” ujarnya kepada Tempo, Jumat lalu.

Agil menjelaskan, bubur Mudhor dimasak dengan cara tradisional di dandang besar terbuat dari kuningan, bergaris tengah satu meter dengan tinggi sekitar 1,3 meter. Selama dimasak, bahan-bahan bubur, seperti beras, kelapa, rempah-rempah, dan daging cincang, terus diaduk oleh pengurus Masjid Al-Mudhor secara bergantian. Pengurus masjid biasanya mulai memasak bubur setelah zuhur dan selesai saat asar, sekitar dua jam lamanya.

Dalam sehari, Masjid Al-Mudhor menyediakan 30 kilogram beras, belasan butir kelapa, campuran rempah-rempah, dan lima kilogram daging kambing cincang. Dengan bahan-bahan itu, bubur Mudhor cukup untuk dimakan sekitar 170 orang.

Bubur Mudhor baru akan dibagikan kepada jemaah masjid tepat pukul 16.45. “Mesti tepat waktu,” tutur Agil.

Antrean panjang memperoleh bubur Mudhor bisa dijumpai menjelang magrib di halaman Masjid Al-Mudhor. Warga setempat yang antre membawa piring, mangkuk, panci, hingga rantang yang dibawa dari rumah untuk tempat bubur.

Pengurus Masjid Al-Mudhor juga mengatur tempat antrean agar tertib. Di halaman masjid yang dibangun pada 1937 itu tertera tulisan “antrean untuk wanita dan pria”. Antrean laki-laki dan perempuan dipisahkan sebuah besi pembatas. Bahkan, pada waktu-waktu tertentu, polisi ikut mengawasi pembagian bubur Mudhor.

Bukan hanya warga Kota Tuban yang menikmati bubur Mudhor. Kelezatannya tak jarang membuat warga Bojonegoro, Lamongan, bahkan Rembang, Jawa Tengah, ikut antre demi mendapatkan bubur tersebut. Mereka yang datang dari luar kota punya jadwal tersendiri menikmati bubur Mudhor.

Salah satu penikmat bubur Mudhor, Sukiswanto, mengatakan paling tidak sekali selama Ramadan dia datang ke Masjid Al-Mudhor. Warga Bojonegoro itu rela melakukan perjalanan antarkota dan antre demi mendapatkan bubur Mudhor. “Bubur Mudhor punya cita rasa tersendiri. Terutama campuran rempah dan daging kambingnya,” ujar pria berusia 51 tahun itu.

Sukiswanto menambahkan, suasana Ramadan sangat terasa di Masjid Al-Mudhor. Orang kaya dan miskin sama-sama antre demi memperoleh bubur Mudhor. ”Inilah nikmat Ramadan,” katanya.

SUJATMIKO