Tahun Depan, Kalla Berharap Buka Puasa di Balai Kota DKI  

Editor

Elik Susanto

Wakil Presiden Jusuf Kalla (kedua kiri) berjabat tangan dengan jamaah sebelum menunaikan Salat Tarawih di Masjid Indonesia Tokyo, Meguro, Tokyo, Jepang, 4 Juni 2017. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Wakil Presiden Jusuf Kalla (kedua kiri) berjabat tangan dengan jamaah sebelum menunaikan Salat Tarawih di Masjid Indonesia Tokyo, Meguro, Tokyo, Jepang, 4 Juni 2017. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

TEMPO.CO, Jakarta – Wakil Presiden Jusuf Kalla berbuka puasa bersama dengan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) di Istana Wapres, Selasa, 13 Juni 2017. Tahun depan, Kalla berharap buka puasa bisa dilakukan di Balai Kota DKI, yang gubernurnya dijabat oleh Anies Baswedan.

“Mudah-mudahan tahun depan acaranya tidak hanya di sini, tapi di sebelah juga,” kata Kalla dalam sambutan buka puasa, Selasa, 13 Juni 2017. Ucapan Kalla disambut tepuk tangan sekitar 100 anggota KAHMI yang hadir.

Istilah “di sebelah” yang dimaksudkan Kalla adalah Balai Kota DKI. Istana Wapres dan Balai Kota DKI memang berdampingan di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Seperti diketahui, Gubernur DKI terpilih Anies Baswedan akan dilantik pada Oktober 2017. Semasa kuliah, Anies aktif dalam organisasi HMI, yang otomatis kini tergabung dalam KAHMI.

Baca:
Soal Intervensi JK di Pilgub DKI, Sandi: Politik Tingkat Tinggi

Acara buka puasa tersebut dihadiri, antara lain, oleh mantan Ketua DPR Akbar Tandjung dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto. Buka puasa KAHMI di Istana Wapres juga pernah dilakukan sebelumnya, yakni pada tahun lalu. Saat itu, hadir pengurus KAHMI, di antaranya Mahfud Md., Ferry Mursyidan Baldan, dan Yuddy Chrisnandy.

Menurut Kalla, acara buka puasa bersama adalah momen bagi KAHMI untuk saling bersilaturahmi dan sinergi antara senior dan junior. Hal itu dilakukan meskipun menjadi alumnus adalah semacam keterpaksaan. “Seperti saya katakan, alumnus itu keterpaksaan. Kita tidak pernah melamar jadi KAHMI, kita melamar jadi HMI,” kata Kalla.

Sinergi, kata Juduf Kalla, adalah hal yang dibutuhkan dalam membangun dan menjaga bangsa. Ini harus dilakukan di tengah dunia Islam mengalami banyak cobaan dan kemunduran yang luar biasa. “Saling berperang satu sama lain, saling membunuh satu sama lain, saling mengebom satu sama lain. Kita bersyukur negara kita tetap damai,” kata dia.

AMIRULLAH SUHADA