Cuaca Ekstrem, Kemenhub Minta Pemudik Jalur Laut Waspada

Penumpang menaiki Kapal Perintis KM Sabuk Nusantara 35 di Pelabuhan Jetty Meulaboh, Aceh Barat, Aceh. ANTARA/Syifa Yulinnas
Penumpang menaiki Kapal Perintis KM Sabuk Nusantara 35 di Pelabuhan Jetty Meulaboh, Aceh Barat, Aceh. ANTARA/Syifa Yulinnas

TEMPO.COJakarta - Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan meminta semua pihak agar mewaspadai cuaca ekstrem di lautan menjelang musim mudik mendatang. Lewat Maklumat Pelayaran Nomor 62/VI/DN-17 tanggal 5 Juni 2017, Direktorat menginstruksikan kepada semua jajaran Direktur Jenderal Perhubungan Laut, terutama para kepala syahbandar dan para kepala unit pelaksana teknis (UPT) agar tetap waspada.

"Apabila kondisi cuaca membahayakan keselamatan kapal, syahbandar harus menunda pemberian surat persetujuan berlayar (SPB) sampai kondisi cuaca di sepanjang perairan yang akan dilayari benar-benar aman", ujar Direktur Jenderal Perhubungan Laut Tonny Budiono dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 7 Juni 2017, terkait dengan arus mudik Lebaran tahun ini.

Baca juga: 
Kedaikopi: 30,67 Persen Warga Jabodetabek Mudik H-3 Lebaran

Mereka pun mengingatkan kepada semua syahbandar untuk melakukan pemantauan ulang kondisi cuaca setiap hari melalui website www.bmkg.go.id. Nanti hasil pantauan itu harus disebarluaskan kepada pengguna jasa dengan memasangnya di terminal atau tempat embarkasi/debarkasi penumpang.

Pemantauan kondisi cuaca itu juga harus dilakukan oleh nakhoda setiap kapal sekurang-kurangnya enam jam sebelum kapal berlayar. Hasil pantauan wajib dilaporkan kepada syahbandar saat mengajukan permohonan SPB.

Baca pula:
Mudik 2017, Kementerian PUPR Tambah Jalan Tol 110 Kilometer

“Selama pelayaran di laut, nakhoda wajib melakukan pemantauan kondisi cuaca setiap enam jam dan melaporkan hasilnya kepada stasiun radio pantai (SROP) terdekat serta dicatatkan ke dalam log-book," kata dia.

Jika terjadi cuaca buruk, Tonny menambahkan, kapal tersebut harus segera berlindung di tempat yang aman dan segera melaporkannya kepada syahbandar dan SROP terdekat dengan menginformasikan posisi kapal dan kondisi cuaca di sekitar. Tonny juga meminta masyarakat dapat memaklumi bila kapal ditunda keberangkatannya karena faktor cuaca buruk.

Para kepala pangkalan penjagaan laut dan pantai (PLP) serta kepala distrik navigasi juga diminta untuk menyiapkan kapal-kapal negara (kapal patroli/kapal perambuan) jika sewaktu-waktu terjadi kecelakaan kapal.

Pada angkutan mudik Lebaran 2017, Ditjen Perhubungan Laut telah mempersiapkan sarana dan prasarana angkutan laut berupa 1.278 kapal dengan kapasitas 3.415.383 penumpang. Guna memastikan keselamatan pelayaran, Ditjen telah melakukan uji petik kelaiklautan kapal terhadap semua kapal penumpang yang beroperasi.

Dari 1.278 kapal yang telah selesai dilakukan uji petik kelaiklautan, ada 27 kapal yang sedang melaksanakan docking dan empat kapal dalam kondisi rusak.

Adapun dari hasil pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) diperkirakan pada 4-10 Juni 2017 akan terjadi cuaca ekstrem dengan tinggi gelombang 4-6 meter. Sedangkan hujan lebat diperkirakan akan turun di beberapa wilayah perairan Indonesia. 

Beberapa di antaranya di Laut Andaman, perairan Aceh-Sabang, perairan Pulau Simeulue-Meulaboh, perairan Kepulauan Nias dan Sibolga, perairan Sumatera Barat dan Kepulauan Mentawai, perairan Bengkulu dan Pulau Enggano, perairan bagian barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, perairan selatan Pulau Jawa, perairan selatan Pulau Bali dan Nusa Tenggara Barat, serta perairan selatan Pulau Sumba.

EGI ADYATAMA