Berkah Ramadan, Al-Markaz Makassar Raih Rp 1,2 M dari Sewa Lapak

Editor

Dwi Arjanto

Seorang umat muslim melakukan shalat didekat umat lainnya asyik tidur siang di mesjid Almarkaz, Makassar, 18 Juni 2015. Waktu luang diisi warga dengan beribadah seperti membaca Al-Quran atau beristirahat di masjid saat menunggu waktu berbuka puasa. TEMPO/Iqbal Lubis
Seorang umat muslim melakukan shalat didekat umat lainnya asyik tidur siang di mesjid Almarkaz, Makassar, 18 Juni 2015. Waktu luang diisi warga dengan beribadah seperti membaca Al-Quran atau beristirahat di masjid saat menunggu waktu berbuka puasa. TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO, Makassar - Halaman Masjid Al-Markaz, Makassar, kini disulap menjadi pasar selama bulan suci Ramadan 2017. Berbagai jenis pedagang berjualan dari pakaian, perhiasan, sarung, hingga makanan.

Masjid yang terletak di Jalan Mesjid Raya ini, halamannya dibangun sekitar 422 lapak yang berukuran 2 x 2 meter persegi. Kemudian Yayasan Islamic Center Al-Markaz menyewakan kepada pedagang sekitar Rp 3 juta per lods selama sebulan.

Baca: Sediakan Makanan Selama Ramadan, Istiqlal Butuh Rp 2,5 Miliar

Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) Ekonomi dan Keuangan Yayasan Islamic Center Al-Markaz Al Islami Nadjamuddin Madjied mengatakan keuntungan yang diperolehnya dari hasil sewa lods itu mencapai Rp 1,2 miliar selama Ramadan.

Sehingga biaya ini bisa membantu pemasukan terbesar masjid yang mencapai 50 persen. "Kami buka pasar Ramadan ini tiap tahun, untuk melayani kebutuhan warga dan jemaah yang datang ke masjid," kata Nadjamuddin, Rabu, 31 Mei 2017.


Dia mengatakan awalnya pedagang yang berjualan di halaman masjid sekitar 400, tapi seiring dipindahkannya lokasi berjualan sehingga meningkat 10 persen.

Sebelumnya, para pedagang berjualan di teras sepanjang masjid, tapi kedatangan Jusuf Kalla selaku Ketua Yayasan Masjid Al-Markaz membuat lokasi pedagang digeser lebih ke depan lagi. "Jadi lapak itu disediakan lengkap dengan tendanya supaya terlihat rapi dan bersih," tutur dia.

Simak: Ramadan, Harga Jengkol Hampir Semahal Daging

Menurut Nadjamuddin, pedagang yang berjualan meningkat lantaran meraup keuntungan di Pasar Ramadan tersebut. Sehingga mereka tetap bertahan hingga kini terus berjualan. "Tidak mungkin mereka bertahan di sini setiap tahun kalau tak ada keuntungannya," ucap Nadjamuddin.

Apalagi, dia melanjutkan, selama pedagang berjualan panitia pelaksana tak pernah mengintervensi barang yang mereka jual. Kendati demikian, ia meyakini jika harga yang ditawarkan oleh para pedagang tersebut lebih murah dibandingkan di tempat lain. Itu terlihat dengan banyaknya pengunjung yang berdatangan untuk belanja ke halaman Masjid Al-Markaz.

Seorang penjual bernama Hamka mengatakan dia mulai menjual sejak hari pertama Ramadan. Ia mengaku tak ingin ketinggalan untuk mengais rezeki selama Ramadan.

Adapun barang yang ia jual langsung diambil dari Bandung, kemudian dijual mulai harga Rp 50 ribu hingga Rp 150 ribu per lembar. "Saya punya lods juga di Pasar Sentral, tapi saya juga tak mau ketinggalan berjualan di sini," kata pria yang berjualan baju koko ini.

Baca juga: Mengisi Ramadan, 120 Penceramah Diturunkan ke Seluruh Aceh

Pria berusia 36 tahun ini mengungkapkan bahwa dia sudah empat tahun langganan berjualan di area Masjid Al-Markaz. Dengan sewa lods yang dikenakan Rp 3 juta selama sebulan. "Karena saya sudah lama berjualan di sini, jadi biasa ada langganan yang pesan baju sampai sepuluh lembar," tambahnya.

Ditanya penghasilannya, ia mengaku diprediksi bisa meraih hingga Rp 1 juta dalam semalam selama Ramadan 2017 ini. Namun pendapatan akan bisa meningkat lagi saat mendekati Lebaran. "Pengalaman tahun lalu, saya bisa meraup Rp 70 juta dalam sebulan," ujar Hamka menuturkan dengan wajah semringah.

DIDIT HARIYADI