Ramadan, Pencinta Alam Mendaki Gunung Lantaran Sensasinya  

Ilustrasi mendaki gunung. TEMPO/Aris Andrianto
Ilustrasi mendaki gunung. TEMPO/Aris Andrianto

TEMPO.CO, Jakarta - Ketika sebagian orang menghindari kegiatan fisik berlebihan selama Ramadan, para pencinta alam justru mendaki gunung. Momen bulan puasa justru mereka manfaatkan dengan mendaki gunung dan menelusuri lembah untuk menambah iman serta menghaturkan rasa syukur.

Misalnya Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri. Mereka punya agenda rutin mendaki gunung saat Ramadan, biasanya pada minggu kedua dan ketiga. “Pertengahan bulan dipilih saat tubuh sudah beradaptasi dengan kekurangan cairan,” kata anggota Wanadri, Bambang Gatot Tutuko, akhir pekan lalu.

Baca juga: Tips Lancar Berpuasa di Negara Tropis

Menurut Bambang, mendaki saat Ramadan memberi sensasi yang berbeda dibanding pada bulan lain. Satu hal yang pasti, jalur pendakian sepi. Kebesaran Sang Pencipta, kata dia, pun lebih terasa.

Belum lagi saat azan magrib berkumandang. Kerendahan manusia di hadapan-Nya lebih terasa saat pendaki hanya menemukan secangkir teh dan sebutir kurma untuk berbuka di tengah keheningan suasana pegunungan. Salat magrib, isya, lalu tarawih berjemaah pun semakin khusyuk.

Ramadan tahun lalu, Bambang menghabiskan tiga hari puasa di Gunung Papandayan, Jawa Barat, bersama lima orang rekannya. Tahun ini, ia berencana mendaki Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Pendakian dilakukan tanpa sehari pun membatalkan puasa.

Muhammad Nanda Aulia, 21 tahun, mendaki Gunung Seulawah Agam di Aceh bersama rekan-rekannya di komunitas pencinta alam Universitas Syiah Kuala pada Ramadan tahun lalu. Saat itu, Nanda hampir membatalkan puasanya karena tak kuat. “Tapi karena diejek sama yang lain kalau membatalkan, akhirnya enggak jadi,” ujarnya sambil tertawa.

INDRI MAULIDAR