Mau Bermobil di Kampung Halaman Tanpa Terjebak Macet?

Editor

Zed abidien

Sampah berserakan di antara kemacetan di arah keluar pintu tol Pejagan, di H-2 Lebaran, Jawa Tengah, 4 Juli 2016. Selama belasan jam terjebak di tol membuat pemudik menghabiskan banyak makanan dan membuang kemasannya di tol. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean
Sampah berserakan di antara kemacetan di arah keluar pintu tol Pejagan, di H-2 Lebaran, Jawa Tengah, 4 Juli 2016. Selama belasan jam terjebak di tol membuat pemudik menghabiskan banyak makanan dan membuang kemasannya di tol. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean

TEMPO.CO, Jakarta - Banyak pemudik tujuan Kota Semarang memilih meyewa mobil atau jasa rental saat berlebaran di kampung halaman. Pilihan sewa mobil itu sengaja dilakukan karena mereka enggan repot mengendara mobil dari Jakarta ke kampung halaman.

“Mereka pemudik cerdas yang tak mau kejebak dengan kemacetan jalur Pantura dari Jakarta ke Semarang,” kata Siswanto, manajer Ratu Raya Rent Car di Semarang, Kamis 7 Juli 2016.

Ia menjelaskan para pemudik cerdas itu memilih menggunakan moda tranportasi umum yang tersedia seperti pesawat dan kereta api. “Dengan sewa mobil mereka masuk Semarang sudah menyiapkan sewa unit yang akan dilayani setelah tiba dari stasiun maupun Bandara kedatangan,” kata Siswanto.

Dengan sistem sewa itu pemudik lebih dimudahkan tak capek harus berjuangan bertahan di kemacetan jalur pantai utara yang selama ini terjadi. Menurut Siswanto, meski agak mahal tapi energi para pemudik itu tak terkuras habis dengan ritual mudik mengendarai di jalanan.

Saat ini 15 unit mobil sewa yang dikelola Siswanto sudah habis diborong oleh pemudik. Mereka  memesan mobil sebelum puasa dan sudah memberi uang muka. “Sehari sebelum Idul Fitri, mereka minta dijemput (di stasiun atau bandara--). Jam berapa pun kami layani,” kata Siswanto menjelaskan.

Menurut Siswanto, tren pemudik dengan menyewa mobil di untuk silaturahim di kampung halaman  sudah terjadi sejak 2009. Jasa rental yang ia kelola pun memberlakukan sistem paket dengan penggunaan minimal  5-7 hari selama lebaran.

Harga paket ini tentu lebih mahal. Harga sewanya naik dua kali lipat tergantung jenis mobil, dengan tarif sewa antara Rp 250 ribu/hari untuk mobil standar hingga Rp 400 ribu/hari untuk mobil mewah. Meski mahal, peminat membludak. “Kami bahkan sampai menolak konsumen, meski harga naik 100 persen,” katanya.

Ketika tiba saatnya hendak balik ke Jakarta, pemudik tinggal menghubungi jasa rental untuk mengambil kendaraan sewa itu.  

Siswanto menilai menggunakan jasa sewa mobil sebenarnya  tak boros bila dibandingkan dengan biaya menggunakan mobil pribadi. Pasalnya, jika menggunakan mobil pribadi, pemudik harus terjebak kemacetan berjam-jam. Selain itu konsumsi bahan bakar juga lebih banyak.

Siswanto menjelaskan selama ini tak khawatir mobil yang ia sewakan dibawa lari penyewa. Selain dilengkapi tehknologi GPS sebagai pemantau sistem, Siswanto juga menerapkan sistem rekomendasi bagi penyewa. “Artinya, pemudik yang menyewa harus direkomendasi oleh jaringan kawan dan pengguna sebelumnya,” katanya.

EDI FAISOL