Aksi 'Sang Pengganjal' dan Badut Berjoget di Tikungan Nagreg  

Editor

Elik Susanto

Petugas kepolisian mengawasi antrian kendaraan pemudik di Nagreg, Jawa Barat, 15 Juli 2015. Memasuki H - 2 lebaran jalur mudik selatan arah tasikmalaya dan garut padat merayap. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Petugas kepolisian mengawasi antrian kendaraan pemudik di Nagreg, Jawa Barat, 15 Juli 2015. Memasuki H - 2 lebaran jalur mudik selatan arah tasikmalaya dan garut padat merayap. TEMPO/Aditya Herlambang Putra

TEMPO.COBanyumas - Masyarakat di jalur lintas selatan Jawa, terutama di Kecamatan Nagreg, Bandung, Jawa Barat, memanfaatkan kemacetan parah dengan menawarkan berbagai bentuk jasa sebagai sumber penghasilan musiman. Seperti yang terlihat pada Senin, 4 Juli 2016, dua hari menjelang Lebaran. Sejumlah anak muda menyewakan ganjal ban mobil.

Kawasan Nagreg dikenal dengan medan pendakian tajam dan sempit. Dengan banyaknya kelokan, pengendara dituntut ekstra hati-hati. Saat antrean mengular, pengemudi harus memainkan rem, gas, serta gigi persneling. Menghadapi situasi menegangkan saat kendaraan terjebak macet di tikungan tajam, sempit, dan curam itulah, ganjal ban menjadi penting.

Jasa "sang pengganjal" pun dibutuhkan. Bermodalkan sebuah balok berbentuk kotak ukuran sekitar 25 x 25 sentimeter dan diberi tangkai, mereka membantu mengganjal ban mobil yang sedang terjebak macet dalam posisi mendaki. Meski terkesan sepele, jasa ini banyak yang memanfaatkan demi keamanan kendaraan. Terutama agar mobil tidak mundur dan menabrak kendaraan di belakangnya.

Melalui jasa itu, mereka mendapat upah Rp 5.000-10.000. "Menjelang Lebaran seperti sekarang ini, saya bisa dapat lebih dari Rp 200 ribu sehari. Kalau hari biasa paling Rp 50 ribu," kata Asep, seorang penjual jasa yang ditemui di lokasi.

Ibu-ibu rumah tangga pun tidak ketinggalan memanfaatkan peluang dalam kemacetan tersebut, seperti menjajakan berbagai makanan dan minuman, terutama mi instan. Saat macet yang membuat kendaraan tidak bergerak sama sekali sampai 20 menit adalah waktu yang lebih dari cukup untuk menghidangkan kopi panas.

Tak hanya jasa pengganjal ban dan berjualan makanan serta minuman, beberapa remaja mengais rezeki dengan menjadi badut: berbaju daster dan bibir bergincu merah berjoget di pinggir jalan. Dandanan ini menarik perhatian pengemudi yang terjebak kemacetan karena dianggap lucu.

Seorang pengemudi sedan dengan pelat nomor Jakarta tampak terbahak-bahak melihat aksi lucu tersebut. Dia kemudian menjulurkan selembar uang kertas. "Lumayan dikasih Rp 20 ribu," ujar pemuda yang mengaku bernama Ridwan dan baru saja gagal tes masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) itu.

ANTARA | ES