Bandung-Kudus 37 Jam, Pemudik 'Mbrebes' di Brebes  

Kendaraan mengantre di pintu keluar Tol Brebes Timur, Jawa Tengah, Kamis, 30 Juni 2016. Pada H-6 Lebaran, sejumlah pemudik mulai melewati jalan tol Pejagan-Brebes Timur yang baru diresmikan pada 2016 itu. ANTARA/Rosa Panggabean
Kendaraan mengantre di pintu keluar Tol Brebes Timur, Jawa Tengah, Kamis, 30 Juni 2016. Pada H-6 Lebaran, sejumlah pemudik mulai melewati jalan tol Pejagan-Brebes Timur yang baru diresmikan pada 2016 itu. ANTARA/Rosa Panggabean

TEMPO.CO, Jakarta - Harapan Siti Alfiah, 24 tahun, untuk tiba lebih cepat di kampung halamannya kandas. Perjalanan Bandung-Kudus yang mestinya ditempuh 8 jam dengan naik bus, ternyata tak semulus dugaannya.

Tak ada stasiun maupun bandara di Kudus. Jika ingin ke sana dengan naik kereta atau pesawat, harus turun di Semarang, kemudian lanjut naik bus. Alfi ingin praktis. Maka ia memilih naik bus yang katanya lebih cepat dan murah. Nyatanya, ia habiskan 37 jam di jalanan.

Alfi berangkat dari Terminal Cicaheum, Bandung, hari Sabtu jam 4 sore, sampai Kudus jam 5 pagi hari Senin. Ini adalah pengalaman pertamanya mudik dari Bandung. Karyawan PT Kalbe Farmasi ini tak menyangka macet yang terjadi di jalur darat akan separah itu. "Lewati Brebes aja 20 jam," katanya kepada Tempo, Senin, 4 Juli 2016.

Baca juga:
Descendants of the Sun akan Dijadikan Film Layar Lebar
Konsumsi 5 Makanan Ini untuk Cegah Cepat Lapar Saat Mudik

Bus New Shantika yang ditumpangi Alfi masuk Brebes pada hari Sabtu jam 11 malam. Begitu masuk pintu tol, bus mulai tak bergerak. "Maju dua meter, macet dua jam," ujarnya.

Di Brebes, Alfi terjebak macet hampir 20 jam. Tak ada yang bisa dilakukan. Semalaman ia menginap di atas bus. Hingga jam 6 sore keesokan harinya, ia masih di titik yang sama. "Mbrebes (nangis) di Brebes," ujarnya.

Bus New Shantika sebenarnya berupaya keluar dari kemacetan dengan putar arah dari jalur selatan ke jalur tengah. Ternyata macetnya tambah parah. Bagi Alfi, ini adalah mudik paling parah sepanjang masa.

Untungnya, banyak penduduk sekitar yang memanfaatkan kemacetan itu untuk berjualan makanan. Sehingga penumpang yang kelaparan bisa mengganjal perut. Ada mie goreng, nasi bungkus, cilok, dan minuman-minuman. "Kalau aku ke Alfamart, sekalian numpang ke toilet," ucap Alfi.

Alfi bersyukur perjalanan berlangsung lancar dan aman meski makan waktu dua hari semalam. Namun, ia menyayangkan tak ada polisi yang berusaha mengurai kemacetan sepanjang jalan. "Aku nggak lihat ada polisi," katanya. 

MAYA AYU PUSPITASARI