Jonan Sarankan Disabilitas Ada Pendamping Saat Mudik

Menteri Perhubungan Ignasius Jonanmemantau arus mudik Lebaran di Stasiun Pasar Senen, Sabtu, 2 Juli 2016. Tempo/Bagus Prasetiyo
Menteri Perhubungan Ignasius Jonanmemantau arus mudik Lebaran di Stasiun Pasar Senen, Sabtu, 2 Juli 2016. Tempo/Bagus Prasetiyo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengakui sarana dan prasarana transportasi umum saat ini belum semuanya ramah terhadap penyandang disabilitas. Itu sebabnya, ia berpesan agar penyandang disabilitas ditemani pendamping.

“Saran saya kalau penyandang disabilitas harus didampingi dan melapor kepada petugas untuk minta pendampingan,” ujar Jonan saat ditemui di gedung Kementerian Perhubungan, Sabtu, 2 Juli 2016.

Menurut Jonan, pendampingan perlu dilakukan mengingat kondisi saat masa mudik Lebaran sangat ramai. Pendampingan ini perlu dilakukan di stasiun, terminal, pelabuhan, maupun bandara.

Terkait sarana dan prasarana, ia menyebut, bandara menjadi yang paling ramah di antara terminal, pelabuhan, maupun stasiun. “Hanya bandara yang sediakan. Sementara pelabuhan laut dan terminal belum tentu ada,” kata Jonan. Namun, untuk beberapa stasiun dan terminal sudah ada yang menyediakan sarana ramah disabilitas, seperti toilet eskaltor, dan lift.

Baca Juga: Menteri Jonan Lepas 720 Pemudik Gratis dari Stasiun Senen  

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta pernah meluncurkan risetnya pada akhir 2015 terkait hal ini. Dari penelitian itu, sarana angkutan umum di DKI Jakarta hingga saat ini masih belum ramah bagi penyandang disabilitas. Hasil riset menunjukkan 12 halte Transjakarta dan 10 stasiun kereta Commuter Line tak ramah bagi kaum difabel.

Daerah menjadi objek observasi, antara lain 12 halte Transjakarta, 10 stasiun kereta Commuter Line, 26 gedung instansi pemerintah, dan 11 gedung instansi nonpemerintah pada Agustus-Oktober 2015. Hasilnya, dari 12 halte Transjakarta, 4 halte, Dukuh Atas; Harmoni; Sarinah; dan Glodok, bersatus kurang dapat diakses oleh kaum difabel. Bahkan 8 halte lainnya, seperti Senen; Pulogadung; Gelora Bung Karno; Cempaka Mas; Matraman; Kampung Melayu; Kota; dan Blok M, tak dapat diakses oleh kaum difabel.

Simak Pula: Pemudik dengan Pesawat Naik 3 Kali Lipat dari Hari Biasa

Sementara itu, dari 10 stasiun Commuter Line yang diteliti, Jakarta Kota; Pasar Senen; Bekasi; Tanah Abang; Tangerang; Bogor; Manggarai; Duri; Jatinegara; dan Serpong berstatus tak dapat diakses oleh penyandang disabilitas. Seluruh stasiun Commuter Line mendapatkan indeks kurang dari 2, di mana indeks 3,5-4 menunjukkan status dapat diakses; 2-3,5 kurang dapat diakses; dan 0-2 tak dapat diakses.

Adapun untuk stasiun Commuter Line, LBH Jakarta menganggap fasilitas di sana, seperti jalan keluar-masuk; kondisi peturasan; aksesibilitas papan informasi; tempat duduk difabel; ketersediaan personel; dan kemudahan pembelian tiket, tak ramah bagi penyandang disabilitas.

BAGUS PRASETIYO