Madumongso, Kue Lebaran di Kediri yang Tak Pernah Absen

Ilustrasi Makanan tradisional madumongso. ANTARA/Siswowidodo
Ilustrasi Makanan tradisional madumongso. ANTARA/Siswowidodo

TEMPO.CO, Kediri - Lebaran bagi masyarakat Kediri, Jawa Timur kurang afdol rasanya bila belum menyuguhkan kue madumongso. Jajanan legit berwarna pekat ini banyak ditemui di rumah warga. Bertesktur kasar dengan butiran ketan hitam, madumongso menjadi makanan khas saat Idul Fitri.

Bagaimana awalnya hingga madumongso menjadi kue Lebaran, tidak ada catatan pasti. Warga hanya tahu kue tersebut telah menjadi hidangan Lebaran secara turun temurun. “Ciri khasnya manis dan lengket,” kata Sujinem, 56, salah satu pembuat madumongso di Kelurahan Sukorame, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Sabtu 2 Juli 2016.

Nenek sembilan cucu ini membuat madumongso setiap Lebaran. Karena disukai kerabat yang berkunjung rumahnya, Sujinem membuatnya dalam jumlah besar. Namun tak banyak orang tua yang berani mencicipi manisnya madumongso dengan alasan kadar gulanya tinggi.

Sujinem menuturkan membuat madumongso dengan rasa yang pas tidak mudah. Dibutuhkan ketepatan dalam menentukan komposisi bahan bakunya yang terdiri atas ketan hitam, gula merah, gula pasir, dan santan agar tidak eneg. “Cara mengaduk di atas penggorengan juga mempengaruhi lembut tidaknya madumongso,” jelas Sujinem.

Mengaduk, kata Sujinem, menjadi bagian terberat dalam pembuatan madumongso. Dibutuhkan waktu hingga satu jam untuk membuat adonan madumongso benar-benar kering dan asat tanpa meninggalkan satu butir ketan yang keras. "Untuk mengaduknya, saya dibantu tetangga yang masih muda."

Untuk menentukan matang tidaknya  madumongso dengan mencicipi sedikit demi sedikit sambil terus mengaduk. Sebab proses mengaduk ini tak boleh berhenti untuk menghindari lengket pada permukaan wajan.

Bila cara mengolahnya tepat, madumongso itu terasa legit dan tak terlalu berminyak. Biasanya para ibu rumah tangga mengemasnya pada kertas  warna-warni seukuran ibu jari menyerupai permen. Makanan ini disajikan di atas piring atau nampan.

Tidak sedikit toko kue oleh-oleh di Kediri menyediakan madumongso dalam berbagai kemasan. Dengan harga bervariasi, kudapan ini kerap dibawa pulang pemudik ke perantauan sebagai buah tangan. “Saya selalu memesan satu kilo kepada pembuat madumongso untuk dibawa ke Jakarta,”kata Ferial Nurdin, pemudik dari Jakarta.

HARI TRI WASONO