Songkok Asal Gresik Ini Favorit Para Pejabat Hingga Presiden  

Editor

Zed abidien

TEMPO/Iqbal Lubis
TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO, Gresik - Songkok atau kopiah tak hanya dipakai untuk acara keagamaan atau ibadah. Sejak populer dikenakan oleh Presiden pertama RI Sukarno, songkok menjadi identitas bangsa Indonesia di mata dunia. Masyarakat dan pemimpin negeri dari masa ke masa pun memakainya.

Berbicara kualitas, songkok asal Gresik terbilang yang paling favorit digunakan para pejabat ialah Songkok Awing. "Banyak pejabat yang membeli songkok kami, termasuk presiden sejak Soeharto sampai pak Jokowi," ujar Kepala Produksi Songkok Awing saat ditemui Tempo, Senin, 13 Juni 2016.

Suraji mencontohkan presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono, yang memesan sekitar 100 songkok dengan 3 ukuran, yakni 7 1/2; 7 3/4; dan 8. "Dulu itu Pak SBY pesan tipe Mahar yang warnanya polos, tingginya sekitar 10 centimeter," ucapnya.

Lain lagi selera Jokowi, yang disebutnya belum tampak memesan songkok untuk Lebaran tahun ini. Layaknya pejabat pada umumnya, songkok tipe AC dengan beludru polos, lebih digemari. Termasuk calon presiden pesaing Jokowi dari Partai Gerindra, Prabowo Subiyanto. "Tapi kalau masyarakat umum paling banyak menyukai yang jenis bordir."

Sejak abad ke-16 ketika Gresik menjadi kota bandar paling ramai di Jawa, industri rumahan peralatan ibadah menjamur di sana, termasuk songkok. Meski bukan yang paling tua, namun songkok Awing yang pertama membuat songkok tanpa kertas.

Songkok Awing didirikan sejak 1986 oleh H. Anwar Ilyas dengan mengkoordinasi beberapa perajin songkok yang ada di Blandongan. Bersama salah satu orang kepercayaannya, Abed Hakim atau biasa dipanggil Awing, mereka membuat inovasi songkok tanpa kertas. “Dulu bagian dalam songkok menggunakan kertas karton. Selain tidak tahan lama, songkok cenderung panas,” kata Suraji.

Melihat kelemahan-kelemahan itu, Songkok Awing beralih menggunakan bahan kain yang kaku dan keras sebagai pengganti kertas. Kain-kain tersebut diimpor dari Jepang, sedangkan bagian luar yang berbahan kain beludru lokal mapun impor dari Korea Selatan dan Amerika Serikat. “Harganya memang lebih mahal, tapi kami mengutamakan kualitas.”

Dengan memproduksi songkok kualitas premium, Songkok Awing berhasil memimpin pasar domestik. Bahkan mengekspornya ke luar negeri, mulai Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, hingga Timur Tengah. Kantor cabang di Jakarta juga laris manis diburu pejabat dan masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas. "Karena dijual di Jakarta, harganya 3 kali lipat dibandingkan di sini," ujar dia.

Permintaan songkok, kata Suraji, mencapai puncaknya pada tiga bulan menjelang Ramadan dan saat Syawal. Pesanan meningkat 30 persen dibandingkan bulan-bulan biasa. Tanpa menyebut omset, produksi Songkok Awing mencapai lebih dari 90 ribu buah. "Karena kualitas kami bagus, harganya lebih mahal antara Rp 80 ribu-Rp 250 ribu," tuturnya.

ARTIKA RACHMI FARMITA