Sambut Puasa, Warga Bangkalan Gelar Arokat Kuburan  

Warga berziarah ke makam keluarga di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur, Jakarta Barat, 29 Mei 2016.  Sepekan jelang bulan suci Ramadhan TPU mulai dipadati umat muslim yang menjalani tradisi nyekar. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat.
Warga berziarah ke makam keluarga di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur, Jakarta Barat, 29 Mei 2016. Sepekan jelang bulan suci Ramadhan TPU mulai dipadati umat muslim yang menjalani tradisi nyekar. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat.

TEMPO.CO, Bangkalan - Menjelang puasa, kompleks pemakaman umum di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, tampak asri. Tak ada rumput liar. Pagar makam pun dicat putih. Ada satu-dua nisan dicat ulang dan diberi nama agar mudah dicari saat keluarga datang takziah.

Bersih-bersih kompleks pemakaman ini disebut arokat, yang sudah pasti dilakukan setiap menjelang puasa. Pesertanya warga sekitar kompleks atau warga luar desa yang leluhurnya dimakamkan di tempat pemakaman tersebut, seperti yang dilakukan warga Desa Parseh, Kecamatan Socah, Jumat, 3 Juni 2016.

Waktu arokat tak pasti, sesuai dengan kesepakatan. Bisa pagi, siang, atau sore hari. Para lelaki dan wanita datang ke tempat pemakaman. Ada yang bawa cangkul dan arit. Mulanya, mereka membersihkan rumput di makam leluhur masing-masing, baru setelah itu bersih-bersih secara menyeluruh. "Kalau ada makam, tapi jarang dibersihkan keluarga, kami bersihkan  juga, pokoknya harus bersih," kata Saniman, warga Desa Parseh.

Tak hanya bersih-bersih, warga akan membawa tumpeng lengkap dengan lauk-pauknya ke makam. Biasanya, terkumpul enam sampai tujuh tumpeng. Menurut Saniman, tumpeng akan dikumpulkan di tempat lapang. Warga juga akan mengundang ustad untuk memimpin pembacaan tahlil di pemakaman.

Setelah tahlil selesai, para wanita akan membagikan tumpeng kepada warga yang hadir. Satu tumpeng cukup dibagi delapan orang dengan bungkus daun pisang. "Terserah, ada yang makan di tempat, ada juga yang dibawa pulang," tutur Saniman.

Rama Juri, tokoh masyarakat, mengatakan tradisi arokat sudah dilakukan turun-temurun. Bedanya, dulu yang hadir bisa sekampung, kini hanya segelintir. "Sekarang zamannya sibuk, jarang punya waktu untuk datang," ujarnya.

Banyak anak kecil datang ke makam meski hanya bermain. Namun Rama Juri optimistis tradisi arokat akan tetap lestari. "Dengan hadir saja, mereka (anak-anak) akan ingat terus, kalau mau puasa bersih-bersih makam," katanya.

MUSTHOFA BISRI