YLKI: Mudik Seperti Musibah Nasional, Pemerintah Tak Serius

Kecelakaan Bus AD-1543-CF di KM 202 Tol Palikanci, 14 Juli 2015. twitter.com/tmcpoldametro
Kecelakaan Bus AD-1543-CF di KM 202 Tol Palikanci, 14 Juli 2015. twitter.com/tmcpoldametro

TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai pemerintah kurang serius menekan angka kecelakaan lalu lintas dari arus mudik dan balik Lebaran.  "Akhirnya tradisi mudik Lebaran seperti musibah nasional saja," kata Ketua Harian YLKI Tulus Abadi pada Minggu, 26 Juli 2015.

Penilaian Tulus terkait dengan besarnya korban tewas setiap tahunnya. Jumlah kecelakaan yang terjadi selama arus mudik dan balik tahun ini tercatat 3.888 kejadian dengan korban meninggal sebanyak 657 orang.

Angka tersebut memang menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meski demikian, YLKI meminta pemerintah untuk menyikapinya. Pemerintah diimbau tidak menjadikan tingginya korban selama mudik Lebaran hanya menjadi data statistik belaka, tanpa upaya serius untuk menguranginya hingga ke titik nol (zero accident).

Menurut Tulus, pemerintah perlu segera memberi respon konkret dengan adanya data ini. Yang paling penting, katanya, perlu memperbaiki dan memperbanyak akses angkutan umum di sektor darat, terutama angkutan perkeretaapian. "Angkutan KA lebih efisien dan aman," ujarnya.

Tahun ini jumlah pemudik menggunakan KA hanya meningkat sedikit, yaitu dari 3.897.225 orang tahun lalu menjadi 3.910.467 orang. Sementara pemudik menggunakan kendaraan pribadi roda empat dan roda dua justru meningkat.

Karena itu, pemerintah perlu andil untuk menekan tingginya penggunaan sepeda motor untuk mudik. "Apalagi 75 persen korban kecelakaan lalu lintas adalah sepeda motor," kata dia.

Untuk mencapai ini, Tulus mengatakan pemerintah terkait perlu memperbaiki transportasi umum di daerah. "Karena salah satu alasan mudik pakai motor, karena transportasi umum di daerah masih sulit," kata dia.

Selain itu, Tulus mengatakan pihaknya mendesak agar kepolisian lebih tegas dalam menindak para pelanggar lalu lintas. "Patut diduga tingginya kecelakaan karena pihak Polri melonggarkan pelanggaran lalu lintas," ujarnya.

Yang tak kalah penting adalah ketersediaan rest area bagi pemudik. Menurut dia, akses areanya harus diperbanyak karena sangat penting bagi pemudik untuk beristirahat.

NINIS CHAIRUNNISA