Pengusaha Angkutan Rugi Bila Arus Mudik Menumpuk Saat Malam

Ratusan kendaraan roda empat antre di kantong parkir di Pelabuhan Gilimanuk, Bali, Kamis (17/9). Pihak pelabuhan menerapkan sistem parkir bertingkat untuk menghindari penumpukan kendaraan yang tidak terkendali. ANTARA/Nyoman Budhiana
Ratusan kendaraan roda empat antre di kantong parkir di Pelabuhan Gilimanuk, Bali, Kamis (17/9). Pihak pelabuhan menerapkan sistem parkir bertingkat untuk menghindari penumpukan kendaraan yang tidak terkendali. ANTARA/Nyoman Budhiana

TEMPO.CO, Surabaya-Operator kapal penyeberangan mengaku tetap mengalami kerugian meski berencana menaikkan tarif penyeberangan pada malam hari. Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap) menolak dituding memanfaatkan momentum mudik untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.

“Mudik Lebaran ini hajatan besar yang sangat rumit. Tujuan memecah penumpukan tidak tercapai, kami sebagai operator jelas rugi,” ujar Ketua Gapasdap Jawa Timur Khoiri Soetomo kepada wartawan di kantor PT Dharma Lautan Utama, Surabaya, Senin, 6 Juli 2015.

Kemacetan, kata Khoiri, tak menambah kapasitas maupun penghasilan operator dari penjualan tiket karena hanya satu jalur saja yang ramai. “Justru saat macet kami tidak bisa berbuat apa-apa,” kata dia.

Khoiri menuturkan hampir semua pemudik memilih menempuh perjalanan pada malam hari. Keputusan Jonan yang hanya memberi diskon pada siang hari dan menolak kenaikan tarif pada malam hari, menurut dia, tidak efektif mengurai kemacetan.

“Orang-orang akan semakin menumpuk sejak H-4 karena tergiur tawaran diskon. Perkiraan kerugian antara 30 sampai 40 persen akibat stagnasi arus yang terkunci,” ujarnya.

Salah satu operator kapal, PT Dharma Lautan Utama, mengaku kondisi perekonomian  yang melambat turut memperpuruk bisnis penyeberangan. Pihaknya memprediksi jumlah penumpang pada Lebaran ini tak sebaik tahun sebelumnya. “Prediksinya terjadi penurunan penumpang 2,5 sampai 3 persen tahun ini,” kata Direktur Utama PT Dharma Lautan Erwin H. Poedjono.

Seharusnya, penyeberangan ramai karena tahun ini bertepatan dengan libur sekolah. Namun perlambatan ekonomi mempengaruhi bisnis penyeberangan  jika menilik pendapatan pada semester pertama. “Pendapatan pada semester I turun antara 15 sampai 20 persen,” tutur Erwin.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (PT ASDP) Danang Baskoro mengusulkan agar diterapkan dua tarif yang berbeda, yakni malam dan siang hari saat arus mudik. Kebijakan dua jenis tarif itu bertujuan untuk mengurai penumpukan kendaraan pribadi baik mobil dan sepeda motor.

Namun usulan itu ditolak Jonan dan memutuskan tarif penyeberangan selama arus mudik lebaran tahun ini tak boleh naik. Jonan menyetujui pemberlakuan diskon pada siang hari dan tarif normal pada malam hari.

ARTIKA RACHMI FARMITA