Takjil Es Campur di Jalan Gus Dur  

Ilustrasi minuman berbuka/takjil. TEMPO/Charisma Adristy
Ilustrasi minuman berbuka/takjil. TEMPO/Charisma Adristy

TEMPO.CO , Jombang: Jombang yang dijuluki Kota Santri tak bisa lepas dari pengaruh pondok pesantren yang banyak tersebar di wilayah kota hingga pedesaan. Jombang juga tak bisa lepas dari sosok KH Abdurahman Wahid alias Gus Dur sebagai bekas Presiden keempat dan bekas Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Karena jasanya yang besar, nama Gus Dur diabadikan sebagai nama sebuah ruas jalan di pusat Kabupaten Jombang. Jalan Abdurahman Wahid atau Jalan Gus Dur semula bernama Jalan Merdeka. Sejak November 2010, diubah menjadi Jalan Abdurahman Wahid (Gus Dur) untuk menghormati jasa Gus Dur yang meninggal dan dimakamkan di Ponpes Tebuireng, Jombang, Januari 2010.

Jalan Gus Dur jadi salah satu pusat perdagangan di Jombang baik berupa ruko, showroom hingga maupun toko berbagai macam kebutuhan. Di jalan setempat juga berdiri sejumlah fasilitas pendidikan dan perkantoran. Karena lokasinya yang strategis, jalan ini dimanfaatkan pedagang kaki lima penjual es campur.

Puluhan penjual es campur berderet hampir 500 meter di sepanjang Jalan Gus Dur. Di bulan Ramadan ini, es campur yang terbuat dari buah kelapa muda dan campuran buah lainnya itu laris manis untuk takjil buka puasa.

Menu es campur Jalan Gus Dur menawarkan sejumlah varian campuran mulai dari buah kelapa muda, alpokat, durian, hingga buah leci. Harganya bervariasi mulai Rp 5.000 hingga Rp8.000 per porsi tergantung banyaknya campuran buah. Semakin banyak campuran buah, maka semakin mahal. Namun harga tersebut masih relatif murah.