Tergetar Suara Azan, Satu Keluarga Jadi Mualaf  

Editor

Zed abidien

Seorang pengungsi melakukan adzan saat berada di kamp pengungsian di Irbil, Irak (28/6). Para pengungsi ini melarikan diri karena kekerasan antara sektarian mengancam kawasan Timur tengah. AP/Hussein Malla
Seorang pengungsi melakukan adzan saat berada di kamp pengungsian di Irbil, Irak (28/6). Para pengungsi ini melarikan diri karena kekerasan antara sektarian mengancam kawasan Timur tengah. AP/Hussein Malla

TEMPO.CODepok - Satu keluarga di Depok tak kuasa menahan haru saat membaca dua kalimat syahadat di gedung Majelis Ulama Indonesia Depok, Pancoranmas, Kamis, 25 Juni 2015. Edward Mayer Napitupulu, 34 tahun, bersama sang istri, Ika Sri Wahyuni 30 tahun, dan anaknya, Anggiat Lamganda Hasonangan Napitupulu, 8 tahun, memutuskan masuk Islam pada Ramadan tahun ini.

Edward menitikkan air mata saat melafalkan dua kalimat syahadat, yang menjadi syarat untuk memeluk Islam. Ia mengaku merasa tenang saat bulan suci Ramadan. Nuansa bulan Ramadan membawa nilai spiritual yang tinggi bagi dia.

Ia mengatakan selama ini selalu tergetar bila mendengar suara azan di masjid dekat rumahnya. Terlebih saat melihat orang menunggu azan berbuka puasa.

"Setiap Ramadan, batin saya merasa tenang, apalagi saat mendengar azan," ucap Edward, yang dibimbing membaca dua kalimat syahadat oleh anggota Dewan Penasihat MUI Depok, KH TB Iin A. Dhiyauddin.

Edward mengaku siap dengan konsekuensi yang akan diterima atas pilihannya ini, kendati hampir seluruh keluarganya beragama Nasrani. "Sudah keputusan kami sekeluarga untuk memeluk agama Islam," ujarnya.

Adapun Sri menuturkan keluarga suaminya belum tahu dia beserta suami dan anaknya masuk Islam. Sebab, keluarga besarnya belum diberi tahu. "Nanti akan kami beri tahu. Keluarga kami juga sudah mempelajari salat," ucapnya.

Sekretaris MUI Kota Depok Khairullah Akhiari mengatakan mengislamkan keluarga Edward atas permintaan mereka sendiri. Keluarga itu mengaku tidak tentram, dan mereka juga jarang ke gereja untuk beribadah. "Mereka merasa tentram saat Ramadan. Makanya mereka memutuskan menjadi mualaf saat Ramadan," ujarnya.

Ia menjelaskan, setiap tahun, jumlah penduduk Depok yang mualaf terus bertambah. Namun jumlah pastinya belum terdata. "Tapi setiap tahun selalu ada yang menjadi mualaf. Pokoknya cukup banyak yang menjadi mualaf dan datang ke sini," tuturnya.

IMAM HAMDI