Damai Buka Puasa di Makam Guru Leluhur Gus Dur

Editor

Rini Kustiani

Tampak makam KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) di kompleks pemakaman keluarga pondok pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Jumat (27/12). TEMPO/Ishomuddin
Tampak makam KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) di kompleks pemakaman keluarga pondok pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Jumat (27/12). TEMPO/Ishomuddin

TEMPO.COBangkalan - Masjid Syaikhona Kholil tak pernah sepi dari peziarah lokal dan luar daerah. Pada bulan Ramadan, masjid yang terletak di Desa Martajesah, Kelurahan Mlajah, Kecamatan Kota, Kabupaten Bangkalan, ini semakin ramai pengunjung.

Masjid ini dinamai Masjid Syaikhona Kholil karena berada dalam kompleks pemakaman KH Mohammad Kholil. Gelar “Syaikhona” disematkan karena sebagian besar kiai pesantren di Pulau Madura dan Jawa Timur merupakan murid Kiai Kholil. Salah satunya orang tua almarhum Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Presiden RI keempat.

Makam sang kiai terletak dipojok depan bagian kanan masjid tersebut. Makamnya ditutup kelambu dan dipagari besi. Di luar pagar itulah, puluhan peziarah laki-laki dan perempuan campur-baur memanjatkan doa, mengaji, dan membaca tahlil, baik secara berkelompok maupun sendiri. 

Salah satu peziarah yang khusyuk berdoa adalah Abdur Razak. Dia datang bersama istri, anak, dan menantunya. "Ngabuburit ke sini, lebih mendamaikan hati," kata warga Desa Keleyan, Kecamatan Socah, tersebut, Selasa Sore, 23 Juni 2015.

Razak percaya, berdoa di Masjid Syaikhona Kholil cepat terkabul. Pada 2014, Razak dan istrinya menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Salah satunya karena rutin atau istikamah berziarah setiap malam Jumat selama setahun penuh. "Ya, tentunya berdoa di sini disertai usaha juga, agar lebih mudah," ucapnya.

Tidak semua peziarah datang hanya untuk berdoa. Ramainya peziarah dimanfaatkan warga lain untuk berbisnis. Seperti yang dilakukan Sulaiman, warga Desa Jaddih, Kecamatan Socah, yang saban sore membuka lapak dagangannya di sekitar Masjid Syaikhona Kholil. "Saya dulu mengaji di Masjid. Kalau sudah sore, saya berjualan aneka dompet di sini," katanya.

Idenya berjualan muncul setelah bertemu dengan banyak peziarah. Dari sekadar obrolan biasa hingga banyak yang menyarankan berjualan di sekitar masjid tersebut. "Mereka juga membantu saya mencarikan barang dagangan. Banyak berkah ziarah ke sini," tuturnya.

Tak hanya itu, Masjid Syaikhona Kholil yang megah dan indah juga menjadi latar foto bersama atau selfie bagi peziarah. 

MUSTHOFA BISRI