Jelang Ramadan, Bea-Cukai Diminta Perketat Perbatasan  

Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Roy Alexander Sparringa (kedua kanan) memberikan keterangan pers usai memusnahkan barang yang diamankan BPOM di Jakarta, 10 Desember 2014. BPOM memusnahkan 321.158 kemasan obat tradisional, kosmetika, serta pangan ilegal hasil pengawasan tahun 2013-2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Roy Alexander Sparringa (kedua kanan) memberikan keterangan pers usai memusnahkan barang yang diamankan BPOM di Jakarta, 10 Desember 2014. BPOM memusnahkan 321.158 kemasan obat tradisional, kosmetika, serta pangan ilegal hasil pengawasan tahun 2013-2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.COJakarta - Menjelang bulan suci Ramadan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) meminta petugas bea-cukai memperketat masuknya barang di semua area perbatasan Indonesia. "Jumlahnya banyak sekali sehingga perlu dukungan masyarakat juga," kata Kepala BPOM Roy Sparringa di kantornya, Rabu, 10 Juni 2015.

Menurut Roy, permintaan barang murah saat memasuki Ramadan terus meningkat. Kondisi ini menjadi kesempatan importir atau pelaku usaha ilegal memasukkan produknya secara mudah ke dalam negeri. Padahal belum tentu produk tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia. "Banyak pengusaha nakal menggunakan kesempatan memakai jalur perbatasan," ujarnya.

Dalam pengawasan yang dilakukan sepanjang 25 Mei-9 Juni, BPOM menemukan 11.370 kemasan produk pangan tidak memenuhi syarat, yang terdiri atas pangan tanpa izin edar 6.043 kemasan, pangan kedaluwarsa 4.510 kemasan, dan pangan rusak 817 kemasan dengan nilai keekonomian lebih dari Rp 454 juta. "Kita akan tetap mengawal dan mengawasi semua produk makanan yang tidak sesuai mutu bagi masyarakat," tuturnya.

Roy mengatakan hasil temuan pangan ilegal, pangan kedaluwarsa, dan pangan rusak dalam tiga tahun terakhir cenderung meningkat. Rinciannya, pada pengawasan 2013 dan 2014 ditemukan 163.850 kemasan dan 1.324.059 kemasan ilegal naik signifikan dari sebelumnya 67.471 kemasan pada 2012. "Nilai keekonomiannya pun melonjak drastis dari Rp 6,5 miliar menjadi Rp 52,9 miliar," ucapnya.

Dalam laporan streaming dengan Kepala BPOM Pusat hari ini, Kepala BBPOM Makassar Rustywati mengatakan berhasil menemukan ratusan produk dari Korea Selatan seperti mi instan, Malaysia seperti produk minuman, Thailand yang berisi makanan ringan, dan Cina dengan produk saus tanpa izin edar. Bahkan, berdasarkan temuan di beberapa gudang di Makassar, masih banyak produk rusak bercampur dengan produk layak jual sehingga kecenderungan terjual semakin besar. "Kami akan terus melakukan pengawasan terhadap gudang-gudang yang ada," ujarnya.

Sedangkan Kepala BBPOM Aceh Syamsuliani, dalam razia yang dilakukan anak buahnya hari ini, mengaku berhasil menemukan 13 karung mi dan bakso berformalin. Bahkan, di beberapa titik pengawasan, masih ditemukan produk jajanan masyarakat yang menggunakan tawas dan formalin.

JAYADI SUPRIADIN