Ashidah, Makanan Khas Lebaran di Sudan  

Ibrahim Bushra Muhammad, dutabesar Sudan untuk Indonesia (kedua kanan). TEMPO/Nurul Mahmudah
Ibrahim Bushra Muhammad, dutabesar Sudan untuk Indonesia (kedua kanan). TEMPO/Nurul Mahmudah

TEMPO.CO, Jakarta-Sudan, negara yang terletak di selatan Mesir dengan mayoritas penduduk beragama muslim,  memiliki tradisi khas menyambut Lebaran.

"Kalau disini pemilik rumah mengundang untuk datang waktu open house.  Di Sudan semua pintu terbuka. Semua orang bisa masuk kapan saja" kata Ibrahim Bushra Muhammad, Duta Besar Sudan Indonesia  kepada Tempo saat ditemui di Open House Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, Jakarta, Kamis malam, 8 Agustus 2013.

Bushra datang bersama istrinya, Gada Ibrahim. Bushra mengenakan gamis putih dibalut baju tradisional Sudan. Gada mengenakan gaun hitam abu-abu dengan aksen merah marun.

Ibrahim Bushra yang sudah setahun bertugas di Indonesia  menuturkan,  silaturahmi bersama keluarga dan kolega adalah tradisi yang hampir serupa terjadi di Indonesia dan Sudan.  Sedangkan untuk hidangan khas Lebaran, Sudan memiliki penganan unik.  "Nama hidangan khasnya Ashidah, cuma ada waktu Lebaran saja " ujarnya.

Pria yang mengenakan setelan baju gamis putih dan sorban ini kemudian menjelaskan cara membuat makanan Ashidah. “Makanannya terbuat dari bunga kol kuning yang dikeringkan. Setelah kering ditumbuk menjadi bubuk. Bubuk itu dibuat menjadi nasi. Nasi bunga kol kuning itu lalu dicampur dengan daging saos. Warnanya putih seperti kapas.  Makanan itu dinikmati bersama-sama oleh warga Sudan,” jelas Bushra.

NURUL MAHMUDAH | MITRA TARIGAN