Usaha Amplop Lebaran Laris Manis

ANTARA/Noveradika
ANTARA/Noveradika

TEMPO.CO, Banyuwangi--Sumarsono, 31 tahun, terlihat serius di depan laptopnya. Lebih dari dua jam ia mengutak-atik gambar kartun angry bird menggunakan program photoshop. Setelah desain jadi, foto itu ia cetak di selembar kertas.

Setelah foto tercetak, giliran istrinya, Indah Wahyu Suci yang bertugas. Indah kebagian memotong kertas, melipat dan mengelem setiap bagiannya. Lalu jadilah sepuluh amplop mini versi angry bird penuh warna, lengkap dengan tulisan: "Selamat Hari Raya Idul Fitri".

Sumarsono dan Indah menyebut amlop mini itu dengan sebutan amplop lebaran. Sebab, amplop itu untuk diisi uang dan dibagi-bagikan kepada para bocah saat lebaran tiba. Kebiasaan memberi uang saat lebaran ini memang mirip dengan tradisi angpau pada perayaan Imlek umat Tionghoa.

Sumarsono dan Indah memproduksi amplop lebaran sejak 2011. Setahun sebelumnya, Sumarsono memang terinspirasi saat melihat amplop lebaran yang dijual di gerai waralaba. Untuk menambah penghasilan, Sumarsono yang sehari-hari berdagang di pasar itu mencoba membuat amplop lebaran sendiri dengan foto pribadi dan beberapa gambar kartun. "Awalnya cuma dapat uang Rp 300 ribu," kata dia kepada Tempo, Jumat 2 Agustus 2013.

Ternyata pemesan amplop lebaran makin banyak pada tahun ini. Selama sebulan, Sumarsono dan Indah harus melayani 800 bungkus pesanan. Omzetnya sudah melambung lebih dari Rp 2 juta per bulan. Padahal usaha mereka hanya bermodalkan laptop, sebuah printer, kertas HVS serta plastik bungkus.

Amplop lebaran milik Sumarsono ada dua jenis. Jenis pertama berukuran 4 x 9 sentimeter dengan harga Rp 3 ribu per bungkus. Satu bungkus berisi 10 amplop. Jenis kedua berukuran 9 x 11 sentimeter, seharga Rp 4 ribu dengan isi 6 amplop.

Uniknya, tak hanya tersedia gambar berbagai tokoh kartun seperti spongebob dan spiderman. Pembeli bisa menampilkan foto pribadi dan keluarga. Bila pilih yang kedua, calon pembeli biasanya mengirimkan foto lebih dulu melalui email atau datang sendiri ke rumah Sumarsono di Perumahan Tiara Brawijaya, Kelurahan Glagah, Banyuwangi. "Paling lama satu minggu selesai," kata ayah satu anak ini.

Sumarsono bercerita, penjualan amplopnya mengandalkan media sosial dan dari mulut ke mulut. Beruntung akhirnya ada lima orang sahabatnya yang mau menjadi distributor. Akhirnya, amplop lebaran produksi rumahan ini bisa meluas ke Manado, Yogyakarta dan Surabaya.

Sigit Hariyadi, salah satu pembeli, mengatakan, memesan sepuluh amplop lebaran sekaligus. Seluruh amplop menggunakan foto keluarganya. Amplop itu rencananya ia isi dengan uang antara Rp 6 ribu hingga Rp 10 ribu. "Kalau beli di luar tak bisa pakai foto pribadi," kata dia.

Amplop itu akan ia bagikan kepada keponakan maupun anak-anak tetangga. Memberi uang dengan amplop, kata dia, lebih mengesankan dan menarik ketimbang tanpa amplop.

IKA NINGTYAS