Ramadan di Masjid Polisi dan Jaksa  

Editor

Nur Haryanto

Sejumlah anggota Kepolisian Resor Pelabuhan Tanjung Perak mengikuti pelajaran mengaji di Pondok Pesantren Sunan Giri, Jalan Wonosari Tegal, Surabaya, Kamis (11/8). Berbaur bersama santri pondok para polisi ini memperdalam ilmu agama mereka. Kegiatan polisi nyantri ini juga untuk mendekatkan polisi dikalangan pesantren. TEMPO/Fully Syafi
Sejumlah anggota Kepolisian Resor Pelabuhan Tanjung Perak mengikuti pelajaran mengaji di Pondok Pesantren Sunan Giri, Jalan Wonosari Tegal, Surabaya, Kamis (11/8). Berbaur bersama santri pondok para polisi ini memperdalam ilmu agama mereka. Kegiatan polisi nyantri ini juga untuk mendekatkan polisi dikalangan pesantren. TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, Jakarta - Jemaah mendengarkan dengan serius ceramah Muhammad Sulhan di Masjid Al-Ikhlas di kompleks Markas Besar Kepolisian RI di Jalan Trunojoyo. Saat Jakarta sedang panas-panasnya pada tengah hari, Sulhan menyampaikan pentingnya memanfaatkan 10 hari terakhir Ramadan dan keutamaan malam lailatulkadar. "Caranya, kita harus sering beriktikaf di masjid," kata Sulhan setelah salat zuhur, Selasa lalu.

Menurut Sulhan, iktikaf merupakan salah satu ajaran Nabi Muhammad SAW yang harus dikerjakan. "Walau bapak-bapak sibuk bertugas pada siang hari, malamnya adalah waktu dengan Allah SWT. Tidak bisa diganggu gugat," kata Sulhan, menganjurkan jemaah masjid di lingkungan penegak hukum itu.

Inilah salah satu cara masjid di lingkungan Mabes Polri itu menyemarakkan Ramadan. Selain salat tarawih berjemaah dan pembagian makanan takjil, masjid ini menggelar ceramah rutin setelah salat zuhur dan tarawih.

Sulhan mengatakan isi ceramahnya hanya mengangkat tema-tema umum, seperti kebesaran Allah. Ustad yang mengaku sering berceramah di beberapa instansi ini enggan berceramah yang sifatnya mengingatkan secara langsung ihwal kesalahan instansi yang mengundang dia. "Tak baiklah membuka aib orang lain," ujarnya seusai ceramah. Kalaupun harus mengingatkan, kata dia, biasanya langsung mengatakan kepada individunya untuk mengingat Allah. “Itu lebih mengena."

Menurut Ketua Pengurus Masjid Al-Ikhlas Mabes Polri, Ajun Komisaris Sayid, selain penceramah dari luar, pengurus masjid ini mendatangkan penceramah dari lingkup internal Mabes Polri. “Penceramah untuk Senin dan Rabu dari luar, sedangkan Selasa dan Kamis dari internal,” ujarnya.

Pengurus masjid juga menjadwalkan tarawih bersama yang diikuti oleh anggota satuan kerja. Di Mabes Polri, ada 20 satuan yang dibagi menjadi enam kelompok selama Ramadan. Maksudnya, kata Sayid, ada enam hari khusus yang harus diikuti oleh satuan kerja yang sudah terjadwal. “Itu namanya tarawih dinas," ujarnya. Kamis dua pekan lalu, Masjid Al-Ikhlas juga didatangi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pejabat tinggi dalam acara buka puasa bersama dan tarawih.

Adapun Masjid Baitul Adli Kejaksaan Agung di Jalan Kyai Maja, Jakarta Selatan, juga membuat acara serupa. Bedanya, menurut anggota panitia Ramadan, Haji Tamamuddin, ceramah tujuh menit setelah tarawih diisi oleh pejabat Kejaksaan. Sedangkan ceramah setelah zuhur diisi oleh akademisi dan ustad dari luar.

Tamamuddin mengatakan isi ceramah lebih berfokus pada manfaat beribadah selama bulan suci ini. Penceramah juga kerap meminta jaksa ataupun staf giat bekerja demi bangsa dan negara. "Semua jemaah antusias mengikuti ceramah, terbukti setiap hari masjid penuh,” kata dia.

Untuk membiayai makanan takjil, panitia membuka kotak sumbangan. Dari sumbangan pejabat Kejaksaan itulah, setiap hari panitia menyediakan 100 kotak hidangan takjil, ditambah teh manis dan air minum. "Alhamdulillah, tidak ada jemaah yang tak kebagian takjil," ujar Tamamuddin. Menjelang buka puasa kemarin, satu per satu pegawai Kejaksaan mendatangi masjid seluas 100 meter persegi di pojok kiri gedung Kejaksaan Agung itu.

FAIZ NASHRILLAH | TRI SUHARMAN

Topik terhangat:

Ahok vs Lulung
| Anggita Sari | Bisnis Yusuf Mansur | Kursi Panas Kapolri

Berita lainnya:
Ahok Hadapi Preman, Prabowo Pasang Badan
Ahmadiyah: Moeldoko Terlibat Operasi Sajadah 2011

Penerobos Portal Busway Bukan Anak Jenderal

Nazaruddin Janji Ungkap Kasus yang Lebih Besar