Ini Kisah Yusuf Mansur Soal Duren dan Daging  

Ustad Yusuf Mansyur. Tempo/Imam Sukamto
Ustad Yusuf Mansyur. Tempo/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Ustad kondang, Yusuf Mansur, kini sedang ramai dibicarakan terkait usaha investasinya yang ditutup. Penutupan ini dia lakukan atas saran Menteri BUMN Dahlan Iskan seraya menunggu rampungnya proses legalisasi usahanya di instansi pemerintah terkait.

"Atas saran kawan-kawan ahli keuangan, administrasi, dan manajemen, terkait dengan legalitas usaha, dan juga saran Bapak Menteri BUMN, Bapak Dahlan Iskan, maka sementara pendaftaran keanggotaan dihentikan dulu," tulis Yusuf Mansur dalam halaman pembuka situsnya.

Sebelumnya ketika dihubungi Tempo, Selasa 16 Juli 2013, Yusuf membantah semua kabar miring soal usaha investasinya. "Wuah, kata siapa tuh? Ada-ada aje. Saya enggak paham beritanya," kata Yusuf.

Menurut Yusuf, aktivitasnya belakangan ini hanya sebagai ustad yang bertugas sebagai pengajar. "Termasuk ngajar bisnis, ngajar usaha. Itu saja, enggak ada yang istimewa. Selebihnya, mudah-mudahan semua berita (itu) jadi doa dan kebaikan," ujarnya.

Soal investasinya, Yusuf mengaku, "Semua relatif sudah saya tulis di web patunganusaha.com dan di www.yusufmansur.com, judulnya: "4 bungkus, 200 miliar, dan minyak dan gas." Tapi hati-hati dan pelan-pelan bacanya," kata Yusuf.

Setelah wawancara Tempo, Yusuf mengirim sebuah kisah menarik berjudul "Duren dan Daging". Ini kisahnya:

Ada, ya dari Allah.
Ga ada, ya Keputusan Allah.
Murah ya dari Allah.
Mahal, ya Kehendak Allah.

Satu saat saya pernah masuk ke satu daerah penghasil duren. Begitu masuk mobil panitia penjemput, saya utarakan saya pengen makan duren.

Kawan-kawan semobil ketawa. Mereka bilang, udah bukan waktunya. Bukan musimnya. Ntar kalo musim, kata mereka, bakal dibawain.

Sejurus saya ingat soalan tauhid. Allah ga perlu pohon duren buat ngasih saya duren. Allah ga perlu musim duren buat munculin itu duren. Saya tergerak berdoa. Kalau Allah udah mau ngasih, pasti itu duren ada.

Saya mengajak kawan-kawan berdoa. “Yang yakin ya,” seru saya. Semua berdoa. Ngaminin doa saya, supaya malam itu usai tausiyah, kami bisa makan duren. Alhamdulillaah tuh, sampe usai tausiyah, dan sampe besok paginya pulang lagi, tuh duren, ga ada. He he he.

Buat sebagian orang mungkin bilang, “Ya terang aja. Ga musim duren koq. Sampe budek juga ga bakalan ada tuh duren.” Tapi buat saya, tetap saja Allah ga ada urusan sama musim. Dan lihat, di mana ruginya? Saya yang punya kepengen, lalu doa.

Bukankah ini sebuah keberuntungan? Ya. Bisa berdoa itu sebuah keberuntungan. Banyak orang hanya punya kepengen, ga bisa bawa itu kepengennya jadi doa. Perkara ga dikabulkan, saya percaya, Allah mengabulkan yang lain, yang saya ga minta. Sebagai tukeran ga dikabulkannya doa saya saat itu.

Di urusan daging, mahal dan bahkan ga ada, bukan urusan siapa-siapa. Kembaliin aja sama Allah. Barangkali Allah ngajarin kita buat hemat kali. Ramadhan koq mikirinnya makanan, he he he. Atau Allah ngelihat kita, mestinya hemat, malah nginjek pengeluaran ampe pol kalo Ramadhan. Atau barangkali teguran kasih sayang Allah. Ngingetin kita, bukan karena duit kita bisa beli ini dan itu. Tapi karena Allah. Kalo ini disadarin, maka murah ya dari Allah, dan mahal pun, dari Allah. Kalo dalam hajat, kita bawa ke Allah, maka apalah lagi kalau itu sifatnya masalah. Bawa aja terus ke Allah.

3 tahun kemudian, saya kembali ke daerah penghasil duren. Saya ceritakan kisah saya di depan jamaah. Semua terpingkal-pingkal. Disangkanya doa ustadz ya mesti makbul. Sim salabim atau Kun Fayakuun, duren ada. Alhamdulillaah, esok harinya, setelah 3 tahun peristiwa doa duren itu, saya sarapan. Lalu ada yang menghampiri dengan duren yang sudah dibelah, “Pak Ustadz, ini jawaban tausiyah ustadz semalam. Ada yang ngirimin duren...”

Subhaanallaah. Sungguh, Allah Maha Mendengar doa. Maka sahabatku sekalian, apalagi dalam situasi seperti sekarang ini... Banyakin doa, gedein doa. Jangan banyakin ngeluh, ngegedein ngeluh.

Saya yakin, sahabat-sahabat sekalian adalah sekumpulan orang-orang yang bersabar, banyak terima kasihnya, dan mau berdoa kepada Allah.

Salam, @yusuf_mansur.

RILIS | WD