Tukar Recehan, Waspadai Uang Palsu

Editor

Rini Kustiani

Seorang penumpang mobil menukarkan uang kepada pedagang uang di kawasan Kota Tua, Jakarta, (9/8). Menjelang Lebaran banyak yang membutuhkan uang
Seorang penumpang mobil menukarkan uang kepada pedagang uang di kawasan Kota Tua, Jakarta, (9/8). Menjelang Lebaran banyak yang membutuhkan uang "receh" untuk diberikan kepada sanak keluarga. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Surakarta - Bulan puasa menjadi kesempatan bagi sebagian masyarakat untuk menangguk rezeki. Misalnya dengan menjadi pedagang uang baru dan menjajakannya di jalan-jalan protokol.

Di beberapa titik di Jalan Slamet Riyadi, pedagang uang baru mulai bermunculan. Mereka bermodal papan yang ditegakkan dan di bagian depan ditata berbagai pecahan uang baru, umumnya pecahan Rp 20 ribu ke bawah. Agar tidak jatuh, ada semacam karet yang mengikat papan. Sedangkan pedagang uang duduk menunggu dengan kursi plastik.

Salah seorang pedagang uang baru, Sri Mulyani mengaku hanya menawarkan pecahan uang baru saat puasa. "Warung saya tutup. Lalu ganti jualan uang baru," katanya, Jumat, 12 Juli 2013. Dia menyiapkan modal Rp 10 juta untuk berjualan.

Warga Kampung Baru, Solo ini mengutip komisi 5 persen untuk setiap uang yang ditukar. "Mendekati Lebaran, saya ambil untung 10 persen," ujarnya. Pengalaman tahun lalu, perempuan 54 tahun ini mendapat untung Rp 3 juta dari hasil menjual uang baru.

Dia mengakui risiko menjadi pedagang uang baru di jalanan adalah tertipu uang palsu. Untuk antisipasi, dia selalu mengecek nomor seri uang yang akan ditukar masyarakat. "Kalau uang asli, nomor serinya pasti beda. Kalau uang palsu, biasanya ada yang sama," dia menjelaskan.

Pedagang uang baru lainnya, Bandriyah, 47 tahun mengatakan menggunakan cara yang sudah diajarkan Bank Indonesia untuk membedakan uang asli dan palsu. "Saya pernah diberitahu pegawai BI, kalau mengecek keaslian uang dengan cara dilihat, diraba, dan diterawang," katanya.

Dia bermimpi suatu saat nanti bisa membeli lampu ultraviolet sehingga lebih mudah membedakan uang asli dan uang palsu. "Sekarang sedang mengumpulkan uang," ujarnya. Bandriyah menyiapkan modal Rp 15 juta dari hasil menggadaikan sepeda motornya.

Dia sudah menukarkannya dengan uang pecahan baru Rp 20 ribu, Rp 10 ribu, Rp 5 ribu, dan Rp 2 ribu. Dia meminta komisi Rp 5 ribu untuk setiap penukaran uang Rp 100 ribu. Saat mulai berdagang pada 10 Juli, dia berhasil menjual uang baru senilai Rp 1,4 juta. "Puasa tahun lalu modal saya Rp 7 juta dan bisa untung sampai Rp 4 juta," katanya. Perempuan asal Sangkrah, Solo ini yakin jasa penukaran uang baru tetap diminati karena tidak semua orang mau antre menukar di Bank Indonesia.

UKKY PRIMARTANTYO

Topik terpopuler:

Ramadan | Bara LP Tanjung Gusta | Capres 2014 | Tarif Progresif KRL

Berita lainnya:
Wawancara Tempo dengan Ucok Eksekutor Cebongan

Ini Pengakuan Penulis Buku SD 'Porno' Anak Gembala 

Polisi Raja Tilang dari Gresik 
Ini Penyebab Rusuh dan Kebakaran Tanjung Gusta