Beda Kriteria NU-Muhammadiyah, Beda Awal Ramadan

Editor

Anton William

Tim Rukyatul Hilal NU Cabang Surabaya, melakukan rukyat untuk melihat bulan dengan menggunakan teropong, di atap Masjid Al Mabrur Nambangan Kenjeran, Surabaya, Jatim, (18/8). ANTARA/M Risyal Hidayat
Tim Rukyatul Hilal NU Cabang Surabaya, melakukan rukyat untuk melihat bulan dengan menggunakan teropong, di atap Masjid Al Mabrur Nambangan Kenjeran, Surabaya, Jatim, (18/8). ANTARA/M Risyal Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta-Perbedaan awal Ramadan yang terjadi pada tahun ini disebabkan belum satunya kriteria bulan baru yang dipakai pemerintah dan Nahdlatul Ulama dengan kriteria Muhammadiyah. Perbedaan awal puasa diperkirakan akan berlanjut hingga dua tahun ke depan.

Dosen Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung Moedji Raharto mengatakan, pemerintah dan Nahdlatul Ulama menerapkan kriteria 2 derajat. Artinya, bulan baru hanya bisa diakui jika tampak pada ketinggian lebih dari 2 derajat busur dari ufuk.

Muhammadiyah, lanjut dia, menerapkan kriteria wujudul hilal. Persyaratan ini menyebutkan bulan baru sudah terjadi ketika hilal berada lebih tinggi dari nol derajat busur.

"Perbedaan dua derajat berdampak pada perbedaan awal Ramadan dan Syawal," ujar Moedji kepada Tempo, Senin, 8 Juli 2013.

Contoh nyata perbedaan awal Ramadan akibat ketidaksamaan kriteria terlihat pada tahun ini. Menurut Moedji, konjungsi bulan terjadi, Senin, 8 Juli 2013, pukul 14:14 WIB. Namun, kata dia, pengamat harus menunggu matahari tenggelam agar bulan terlihat sebagai sabit tipis yang disebut sebagai hilal. Sayangnya, hilal paling tinggi di Indonesia hanya setinggi 0,5 derajat.

Bagi Muhammadiyah, jelas Moedji, ketinggian ini sudah cukup untuk memutuskan awal Ramadan terjadi Senin, yang artinya puasa dimulai Selasa, 9 Juli 2013.

Lain halnya dengan pemerintah dan Nahdlatul ulama yang mempercayai hilal baru bisa terlihat jika lebih tinggi daripada 2 derajat. Pengamatan yang dilakukan di seluruh Indonesia, kata Moedji, tak akan bisa melihat sabit bulan. Karenanya, pemerintah akan memulai puasa pada Rabu, 10 Juli 2013.

Menurut Moedji, ketinggian hilal Ramadan yang berada di antara 0 dan 2 derajat akan terjadi pada 2013, 204, dan 2015. "Dua tahun ke depan masih berpotensi terjadi perbedaan selama kriteria tak kunjung sama," ujar dia.

Moedji sendiri meprediksi pemerintah Arab Saudi yang menerapkan metode yang hampir sama dengan Muhammadiyah akan berpuasa pada Selasa.

Selain perbedaan kriteria dua organisasi massa Islam berpengaruh, perbedaan juga terjadi pada kelompok Naqsabandiyah. Penganut Naqsabandiyah di Sumatera Barat, misalnya, sudah berpuasa pada Ahad, 7 Juli 2013. Penyebabnya, kata Moedji, mereka menggunakan tabulasi penanggalan Islam. "Mereka punya perhitungan kalender Islam sendiri," ujar dia.

ANTON WILLIAM



Topik Terhangat
Karya Penemu Muda
| Bursa Capres 2014 | Ribut Kabut Asap | Bencana Aceh

Baca juga:
Sambut Ramadan, Peziarah Makam Gus Dur Meningkat

Haidar: Mari Jadikan Puasa Kita Puasa Spiritual

Menteri Agama: Ada Kemungkinan Awal Puasa Berbeda

Awal Ramadan, Gontor Tak Tunggu Pemerintah