Oleh-oleh Khas Kuningan Ludes Diserbu Pembeli  

Bupati Kuningan H. Aang Hamid Suganda (kiri) bersama istri sedang menikmati makanan khas kuningan di Bazar Kuliner Kuningan. TEMPO/Deffan Purnama
Bupati Kuningan H. Aang Hamid Suganda (kiri) bersama istri sedang menikmati makanan khas kuningan di Bazar Kuliner Kuningan. TEMPO/Deffan Purnama

TEMPO.CO, Kuningan - Masa libur berkaitan dengan hari Lebaran masih tersisa beberapa hari. Namun berbagai jenis oleh-oleh khas Kuningan, Jawa Barat, terus diserbu pembeli, termasuk pemudik. Pemilik toko di kawasan Cijoho, sentra penjualan oleh-oleh, kelabakan menghadapi pesanan karena pabrik pembuatnya masih banyak yang tutup karena libur.

Beragam jenis oleh-oleh khas Kuningan, di antaranya peuyeum ketan, minuman jeruk nipis peras (jeniper), jenisa, opak bakar, rengginang, gadung, gemblong pedas, dan ketembling.

Pemilik toko Dewi Merauke, Oong, mengatakan hampir semua makanan khas Kuningan laris manis sehingga persediaan di tokonya sudah menipis. Oong sudah memesan ke beberapa produsen, namun pabriknya masih tutup. “Peuyeum ketan dan jeniper paling laris,” katanya, Jumat, 24 Agustus 2012.

Pemilik Toko Al Azhra, Ibu Maman, juga bisa mengais rezeki dari penjualan oleh-oleh khas Kuningan. Meskipun tahun ini penjualannya agak menurun dibanding tahun lalu, tetap saja Ibu Mamam kekurangan stok. “Di produsennya sudah habis sehingga saya tidak bisa order lagi,” tuturnya.

Harga oleh-oleh khas Kuningan saat ini, peuyeum ketan ember besar Rp 50 ribu, ember kecil Rp 45 ribu, gemblong pedas Rp 13 ribu, rengginang matang Rp 25 ribu, yang mentah Rp 30 ribu per 250 gram. Harga Jenisa maupun jeniper sirop Rp 150 ribu per dus (isi 12 botol) dan jeniper siap minum Rp 70 ribu per dus (25 botol). Keripik Gadung Rp 15-20 ribu, sukun goreng Rp 20 ribu, dan sejumlah oleh-oleh lainnya berkisar Rp 20-50 ribu.

Selain di Cijoho, pemburu oleh-oleh khas Kuningan juga mencari di toko Teh Diah, dekat pertigaan Linggarjati. Namun, di toko tersebut, sejumlah makanan khas Kuningan juga hampir habis meskipun produsennya terus melakukan pengiriman. “Hampir setiap hari saya telepon supplier-nya untuk mengirim ke sini, tetap saja kekurangan. Yang cepat habis minuman jeniper dan peuyeum ketan,” ujar pemilik toko, Ibu Diah.

Para pembeli memburu oleh-oleh khas Kuningan karena berbeda dengan daerah lainnya. “Saya selalu kangen makanan khas Kuningan. Setiap pulang kampung, pasti banyak yang pesan peuyeum ketan dan jeniper,” ucap Ibu Rosiana, pemudik yang bermukim di Jakarta, saat membeli sejumlah oleh-oleh di Cijoho.

DEFFAN PURNAMA