Lebaran, Transaksi ATM Bersama Capai Rp 16 Triliun  

TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta-Lebaran tahun ini nilai transaksi anjungan tunai mandiri (ATM) bersama diprediksikan naik 30 persen menjadi sekitar Rp 16 triliun per bulan dibandingkan nilai transaksi sebesar Rp 12 triliun per bulan di bulan-bulan biasa. Arya Damar, Presiden Direktur PT Artajasa Pembayaran Elektronis, mengatakan transaksi tersebut merupakan transfer antar bank.

“Volume transaksi sebesar 13 juta hingga 14 juta transaksi dengan nilai sekitar Rp 16 triliun,” ujar Arya usai kunjungan ke kantor Tempo, Senin 06 Agustus 2012.

Menurut Arya, meningkatnya transaksi ATM bersama seiring naiknya transfer  antar bank yang dilakukan oleh masyarakat. Terutama kegiatan pengiriman uang oleh nasabah kepada keluarganya untuk kebutuhan lebaran.

“Dari setiap transaksi ATM bersama kami mendapatkan fee sebesar Rp 700 per transaksi,” ungkapnya.

Transaksi ATM bersama merupakan salah satu kontributor utama pendapatan perseroan selain dari unit usaha pembayaran (payment) elektronik. ATM bersama dan pembayaran elektronik berkontribusi sebesar 70 persen terhadap total pendapatan Artajasa.

Nilai transaksi pembayaran elektronik diestimasikan hampir setara dengan nilai transaksi ATM bersama yakni sekitar Rp 12 triliun per bulan. Tahun ini, kata Arya, volume transaksi pembayaran elektronik diperkirakan naik 20 persen. Kenaikan ditopang oleh bertambahnya jenis transaksi dan nasabah baru.

“Kenaikan tinggi karena nambah biller baru, atau transaksi baru yang punya jutaan pembayar,” tambahnya.

Direktur Artajasa, Hendra Januar, menambahkan pembayaran elektronik seperti untuk membayar tagihan listrik, telepon, gas, dan kebutuhan lainnya saat ini sedang menjadi tren di masyarakat. Pembayaran itu bisa melalui layanan pesan singkat (SMS), ATM, atau internet.

“Pembayaran via elektronik kan baru mulai. Sementara cash basis sudah dari dulu. Sekarang trennya kesana,” ujarnya.

Dia memperkirakan tren pembayaran elektronik masih akan berlangsung lama. Selain itu tren tersebut baru dimulai di Jawa, sementara di daerah dan provinsi lain di Indonesia akan mengikuti kemudian.  

Selain itu pendapatan perseroan juga ditopang dari remitansi, pengiriman uang tenaga kerja Indonesia. Tahun ini Artajasa menargetkan nilai transaksi remitensi sebesar Rp 30 miliar. Menurut Arya nilainya masih kecil karena masih bekerjasama dengan perbankan dan belum non perbankan.“Kita juga baru mulai buka di Malaysia dan Hongkong. Remitensi paling kecil kontribusinya dari total pendapatan,” ungkapnya.

Artajasa juga saat ini sedang merintis unit usaha uang elektronik (e-money) yang akan dimulai beberapa bulan mendatang.

Arya menjelaskan meskipun bisnis e-money di Indonesia sudah ada beberapa pelakunya, namun dia mengklaim e-money perseroan merupakan satu-satunya yang telah mendapatkan lisensi dari Bank Indonesia. Namun Arya menolak menyebutkan nilai investasi untuk mengembangkan e-money tersebut.

“Mungkin 5-10 tahun kedepan baru terbangun unit bisnis. Empat tahun mendatang unit bisnis ini baru diperkirakan bisa balik modal operasional. Jadi benar-benar masih baru,” tandasnya.

Abdul Malik