Sirene Meraung, Suara Azan pun Menggaung

TEMPO Interaktif, Bangkalan -  Siang beranjak sore di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Selasa pekan lalu. Orang-orang ramai ke luar rumah. Kaum lelaki bersarung dan berkopiah, sedangkan para wanita berbaju gamis dengan kerudung menyelimuti kepala.

Mereka bergerombol, dari sekadar duduk di depan rumah hingga berjalan menyusuri tepi jalan raya. "Mengisi waktu menunggu buka puasa," ujar Buhari, 23 tahun, warga Klampis yang ditemui di tepi jalan.

Klampis terletak 15 kilometer di utara Kota Bangkalan. Berada persis di pesisir Pantai Madura, perjalanan menuju Klampis dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor selama setengah hingga satu jam.

Meski pulau garam ini dikenal tandus dan gersang, pengendara bermotor terhibur oleh pemandangan selama perjalanan. Di kanan dan kiri jalan, hijau daun bawang yang ditanam petani sedikit menyejukkan suasana. Warna hijau terhampar hingga ke tepi laut.

Menurut Buhari, ngabuburit dengan berjalan-jalan menjadi hal yang menyenangkan. Kegiatan ini biasa dilakukan setelah membersihkan diri setelah seharian bergelut dengan pekerjaan.

Pemandangan ini dapat disaksikan hingga masuk ke Kota Bangkalan menjelang buka puasa. Jalan-jalan kembali sepi setelah beduk magrib berbunyi.

Di kota ini ada juga ada kebiasaan unik selama bulan Ramadan, khususnya sebagai penanda waktu berbuka puasa. Warga yang tinggal di Jalan Trunojoyo, Bangkalan, mengenal adanya bunyi sirene yang meraung-raung saat tiba waktu berbuka puasa. "Kebiasaan membunyikan sirene telah berlangsung sejak saya masih kecil," tutur Misran, 32 tahun.

Raungan sirene itu, kata dia, berasal dari kantor Perusahaan Daerah Air Minum yang terletak di ujung jalan. Sekitar 3-5 menit raungan sirene yang keras mengudara. Warga pun mafhum dan bersiap-siap membatalkan puasa dengan makan beragam takjil. Sesaat setelah raungan sirene berhenti, azan magrib pun menggaung dari masjid dan musala.

ANANG ZAKARIA