Masjid Raya Makassar Dapat Sumbangan Al-Quran Raksasa

TEMPO Interaktif, Makassar - Mesjid Raya Makassar mendapatkan koleksi baru Al-Quran raksasa yang berukuran 1x1,5 meter persegi dan berat 586 kg. Sumbangan dari Wakil Ketua MPR RI, Aksa Mahmud yang juga pendiri Bosowa Corporation tiba pada Rabu (26/8). Jadwal ini sedikit terlambat dari jadwal sebelumnya yakni awal Ramadan, dikarenakan masalah angkutan.

Sekretaris mesjid Raya Makassar, Ambo Sakka mengatakan ukurannya 1x1,5 meter per segi, berat 584 kg terdiri dari 6.666 ayat yang terangkum pada 30 juz, 605 helai kertas, oleh penulis kaligrafi, KH Ahmad Faqih Muntaha, dari Yayasan Al Asy'ariah, Kalibeber, Wonosobo, Jawa Tengah.

"Penulis kaligrafi ini telah membuat enam Al Quran dalam ukuran besar. Ini yang paling cepat pengerjaannya, yakni 12 bulan untuk menulis sekaligus membuat tempat penyimpanannya," kata Ambo.

Al-Quran pertama dibuat Juli 1994 dengan ukuran yang sama, merupakan inisiatif dari mantan Menteri Penerangan Harmoko yang diserahkan ke mantan Presiden Soeharto, dikerjakan selama 17 bulan. Selanjutnya Soeharto memesan untuk ditempatkan di Istana Negara. Pesanan selanjutnya masing-masing oleh mantan Gubernur Sutiyoso dan mantan Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto.

Peminatnya tidak hanya dari dalam negeri tetapi juga luar negeri seperti Brunai Darussalam yang dipesan oleh Sultan Hasanal Bolkiah. Setahun lalu pemesan keenam oleh Wakil Ketua MPR RI, Aksa Mahmud yang juga pendiri Bosowa Corporation, yang mewakafkan Al-Quran raksasa ini ke pengelola Mesjid Raya Makassar.

"Al-Quran raksasa ini yang pertama di Indonesia Timur. Jamaah juga sangat antusias melihat keberadaan Al-Quran raksasa ditempat ini," kata salah seorang imam Mesjid Raya Makassar Muh Syahril. Ia menambahkan bahwa jadwal awal Al-Quran ini tiba awal ramadhan, tetapi tidak ada penerbangan yang bersedia karena berat. Akhirnya dari Jawa Tengah, Al-Quran ini diangkut melalui perjalanan darat ke Surabaya. Kemudian diangkut dengan kapal laut dari Surabaya ke Makassar, dan baru tiba di Mesjid Raya sekitar pukul 11.30 WITA.

"Kertasnya tebal sekali," puji Syahril melihat karya Al-Quran raksasa ini. Tintanya sendiri dibuat dari campuran tinta Cina dan cairan lainnya seperti air teh kental. Air teh ini berfungsi agar tinta tetap awet melekat di kertas. Untuk tulisan ayat berwarna hitam, digunakan spidol khusus.

Pujian serupa juga dilontarkan oleh Arafah (39) yang cukup lama memperhatikan paket Al-Quran raksasa ini. "Ini salah satu bentuk kebesaran Allah, kita para jamaah sangat bersyukur, pastinya inia akan sangat bermanfaat karena ukurannya besar jadi mudah dibaca," ungkapnya.

Ambo menambahkan bahwa mereka yang terlibat penulisan Al-Quran harus berpuasa dalail (puasa rutin tanpa sela kecuali hari tasyrik), yang berfungsi untuk menenangkan hati mereka sehingga mutu pengerjaan tetap konsisten dari halaman ke halaman. Juga agar tidak mudah digoda setan, seperti bentuk hasrat bermalas-malasan.

IRMAWATI