Menanti Magrib di Taman Kota

TEMPO Interaktif, Jakarta - "Ngabuburit" menjadi kata yang paling akrab saat Ramadan tiba. Tanpa sadar, kata yang berasal dari bahasa Sunda itu menjadi lekat di lidah penduduk negeri ini. Ngabuburit berasal dari kata burit yang berarti "sore" atau "magrib". Ngabuburit bermakna melakukan sesuatu untuk menunggu datangnya magrib. Bisa sekadar jalan-jalan ke pusat kota, bercengkerama, atau mendengar ceramah dan mengaji.  

Yang paling sering, ngabuburit memang dikaitkan dengan berduyun-duyun ke pusat kota. Di Jakarta, ada beberapa taman kota yang menjadi sasaran. Yang terbaru adalah Taman Ayodya seluas 7.000 meter persegi di Jakarta Selatan dengan daya tariknya air mancur. Tepat pukul empat sore air mancur menyembur di tengah kolam taman. Kesejukan langsung terasa.

Beberapa menit setelah air mancur menyembur, taman eks Pasar Barito itu langsung dipenuhi pengunjung, yang umumnya mengambil posisi di bawah gardu. Namun, tempat favorit ialah sekitar kolam. Beberapa dari pengunjung membawa makanan ikan. Ketika makanan ditebar, terlihat mulut-mulut ikan mas bermunculan dari dalam kolam yang airnya keruh. Mereka berlomba mendapatkan makan sore.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memang menyiapkan taman ini sebagai taman interaksi, selain untuk menambah sedikit ruang terbuka hijau. Setiap sore, banyak warga yang mengunjungi taman. Kala puasa, sebagian warga juga menanti buka puasa di taman ini. Jaka, 42 tahun, warga yang tinggal di permukiman di belakang Rumah Sakit Pusat Pertamina pun membawa kedua anaknya. "Kami mau ngabuburit di sini," katanya sambil mengawasi anak-anaknya yang berlari-lari mengelilingi kolam.

Jaka mengaku terbiasa membawa anak-anaknya ngabuburit setiap Ramadan. "Tempat-tempat yang dikunjungi biasanya tempat yang ada kolam atau danau karena anak-anak suka main air," ujarnya. Sebelum Taman Ayodya dibangun, dia sering membawa anak-anaknya ngabuburit di Situ Gintung.

Tak hanya keluarga yang mampir. Arif, pemuda berusia 21 tahun, pun berjanji bersua dengan temannya di sana. Tempat yang cukup asik, strategis, dan mempunyai pilihan aneka warung di sekitarnya.

Di samping Taman Ayodya, yang lebih dulu dikenal adalah Taman Menteng di Jakarta Pusat. Lahan seluas 2,5 hektare itu dilengkapi arena bermain anak, lapangan basket, dan lapangan futsal. Sarana itu menjadi daya tarik. Di sebelah taman berderet warung dengan aneka masakan. Pas lah untuk ngabuburit hingga berbuka puasa.

Minggu sore lalu, ketika terik mentari berangsur melemah, rombongan demi rombongan berdatangan memadati ruang hijau tersebut. Ada yang datang bersama anggota keluarga, ada pula yang menggandeng teman-temannya. Ada yang sekadar bercengkerama sambil menikmati angin sejuk bertiup di antara pepohonan atau berjalan-jalan mengelilingi taman serta bermain bola basket.

Banyak alasan, mereka memilih taman kota ini dibanding taman kota lain. Misalnya, Adit, karyawan bank, memilih Taman Menteng sebagai tempat ngabuburit akhir pekan karena ada fasilitas lapangan bola basket. "Bisa main bareng teman sambil nunggu bunyi beduk magrib," katanya. Taman seperti ini baginya sesuatu yang langka ada di Jakarta.

Pengunjung lain, Qomaruddin, mempunyai alasan berbeda. Rombongannya terdiri atas tiga pasang kekasih. Sengaja melaju dari Bekasi karena rasa penasaran. "Lewat sering, tapi baru kali ini ngabuburit di sini," ujarnya. Mereka berencana berbuka bersama di warung kompleks taman.

EKA UTAMI APRILIA | RINA WIDIASTUTI