Musisi Mengaji, Belajar Agama Diselingi Musik Akustik

Editor

Elik Susanto

Acara Komuji bertajuk Berandakustik di Bandung, 3 Juni 2017. Tempo/Anwar Siswadi
Acara Komuji bertajuk Berandakustik di Bandung, 3 Juni 2017. Tempo/Anwar Siswadi

TEMPO.CO, Bandung - Komunitas musikus membentuk kajian agama rutin di Kota Bandung. Saat Ramadan, komunitas ini semakin intens berkumpul untuk mengumpulkan amal yang dihargai berlipat oleh Allah. Mereka mengundang penceramah untuk mengkaji agma sambil diselingi musik akustik.

Di sebuah jalan kecil dekat kawasan Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat, puluhan musikus itu berkumpul. Tidak sedang mengadakan pertunjukan atau latihan band, mereka sekitar 30 musikus menjadi penonton ceramah dan diskusi agama sambil menunggu buka puasa.

Para musikus ini tergabung dalam Komunitas Musisi Mengaji (Komuji), yang berdiri pada 2011. Mereka belajar agama di ruang terbuka seperti di teras, kafe, juga taman kota. Pesertanya kebanyakan musikus band independen, sebagian bernaung di bawah label rekaman besar.

Pada sore Sabtu, 3 Juni 2017, misalnya. Terlihat vokalis grup The Panas Dalam, Alga Indria, dan Danny vokalis band pop Java Jive. Selain musikus, pengajian santai ini dihadiri pula oleh warga sekitar dengan berpakaian gamis ataupun kasual.

Eggie Fauzy, salah satu pendiri Komuji, mengatakan komunitas ini didirikan karena banyak musikus yang jenuh di dunia ingar-bingar. Mereka "berhijrah" menekuni agama. Contohnya Satrio Nur Bambang, vokalis band Pure Saturday. “Seiring usia yang terus bertambah, musikus memerlukan energi baru yang positif. Pemikiran kami, belajar agama tanpa harus meninggalkan musik,” ujar manajer band orkes Pemuda Harapan Bangsa

Mereka mengundang penceramah. Di antaranya ustad Yajid Kalam dan ustad Dang Fathurrahman, serta Ketua Program Studi Pascasarjana Universitas Islam Negeri Bandung, Bambang Anees. Tema kajian hari itu adalah “Cukup Rasulullah Bagiku”. Kajian diselingi musik akustik.

Ustad Yajid Kalam, 40 tahun, mengatakan musik dalam Islam termasuk mubah atau boleh. Yajid yang belajar agama di Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya itu merujuk pada penjelasan dari Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin. Status musik yang mubah itu kemudian mendapat stempel aneka ragam hukum, seperti haram ataupun sunat karena ada faktor lain yang menempel atau menyertai musik tersebut.

Hadis Nabi pun ada yang melarang, membolehkan, pun menganjurkan musik. “Nabi Muhammad SAW pernah mendengarkan musik dan nyanyian di rumah beliau, ada juga riwayat-riwayat tentang sahabat nabi yang bermusik,” kata Yajid.

Tak hanya berkumpul rutin, Komuji juga digalakkan lewat media sosial dan grup WhatsApp. Yajid mengasuh kelas kajian dasar yang membahas seputar fikih dalam grup virtual itu saban Jumat malam. Ada pula grup kajian tasawuf atau sufisme yang menggali cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlak dan batin untuk memperoleh kebahagiaan abadi.

Ustad Dang Fathurrahman mengasuh topik itu tiap Selasa malam. Musikus terkenal yang bergabung di antaranya Yuki, vokalis Pas Band dan Kikan, mantan vokalis Cokelat. Sekitar 200 musikus bergabung dalam grup itu untuk mencari keteduhan jiwa dalam ajaran agama.

ANWAR SISWADI