TEMPO.CO, Bandung - Masjid Agung Trans Studio, Kota Bandung, sesak dipenuhi anggota jemaah salat tarawih, Rabu malam lalu. Saking sesaknya, di area parkir masjid terpaksa digelar alas tambahan untuk menampung jemaah, yang didominasi anak-anak muda, yang tidak bisa masuk ke dalam masjid.
Apa pasal yang membuat sebuah masjid bisa demikian sesak? Jawabannya ada di imam dan khatib tarawih malam itu, yakni Hanan Attaki. Di Bandung, ustad muda satu ini dikenal mampu merangkul kalangan muda untuk mengenal Islam dengan cara yang asyik. Caranya, mengenalkan ajaran Islam menggunakan pendekatan berbeda dari ustad atau ulama pada umumnya.
Gaya bicara atau bahasa yang ia gunakan pun menggunakan bahasa yang sedang jadi tren di kalangan remaja. Meski melakukan pendekatan berbeda, Hanan tak terjebak untuk memasukkan banyak unsur candaan yang biasanya banyak digunakan para ustad yang kerap hadir di televisi.
Cara dia melantunkan ayat suci Al-Quran pun kerap menuai pujian. Suaranya halus dan merdu. Surat Ar-Rahman dibacakannya saat memimpin salat tarawih malam itu. “Saya enggak sengaja ingin tarawih di sana, tapi sejak sebelum Ramadan suka ikut kegiatan komunitas Shift,” ujar Fajar Fauzan, 23 tahun, saat ditemui Tempo malam itu.
Menurut Fajar, cara Hanan merangkul pemuda untuk mempelajari Islam sangat menarik. Ia kerap mengikuti beberapa kegiatan yang digagas Shift. Kegiatan yang dilakukan memadukan kajian Islam dengan kegiatan bermain yang khas atau disukai anak muda. Jarak 25 kilometer pun rela ditempuh Fajar dari Batujajar, yang terletak di Kabupaten Bandung Barat, ke Masjid Trans Studio.
Untuk melengkapi aktivitas dakwahnya, pria asal Aceh ini mendirikan komunitas Shift atau gerakan Pemuda Hijrah. Targetnya jelas, anak muda yang masih senang bermain dan bergaul, bukan pemuda aktivis yang sudah mengenal Islam lebih jauh. Menurut Fani Krismandar, salah seorang pemimpin Pemuda Hijrah, aktivitas dakwah Hanan dianalogikan dengan minyak kayu putih. Apa yang dilakukan Hanan adalah bentuk lain dari kayu putih.
“Kalau kayu putih kan yang menggunakan kebanyakan orang tua. Nah, kita bentuk kayu putih itu menjadi Fresh Care agar diminati anak muda,” ujar Fani, Rabu lalu. Pendekatan yang dilakukan Hanan, menurut dia, memang berfokus untuk mengenalkan Islam dan mencintai Islam karena ketaatan akan mengikuti setelahnya.
Dalam aktivitas dakwah Hanan, Fani bertanggung jawab sebagai pihak yang mengelola konten dakwah Hanan di media sosial. Mereka biasanya menggunakan akun Instagram untuk menyampaikan informasi kajian ataupun memberikan materi-materi pendek, seperti tentang bagaimana seharusnya bersikap terhadap orang tua dan mengingatkan untuk memasrahkan diri kepada Allah semata.
Bagi Hanan, dakwah dengan memanfaatkan teknologi dan media sosial saat ini demikian efektif. Pertama, dia bisa membuat kontennya sendiri sesuai dengan apa yang ingin ia sampaikan. Selanjutnya, menyajikan konten di media sosial memiliki efek viral yang luar biasa jika memang menguasai trik dan tekniknya.
Bersama tim media sosial, dakwahnya bergerak untuk membentuk citra bahwa taat itu keren. Orang yang ke masjid, orang yang mengaji itu keren. Biasanya, setelah diberi bumbu keren tersebut, para pemuda ini mau mendekati masjid. Mulai terlibat sedikit demi sedikit dengan kegiatan keagamaan.
Melihat pentingnya peran media sosial, Hanan pun memiliki tim khusus yang ia bentuk untuk mengelola kegiatan hingga memoles publikasi dan penyampaian di media sosial agar menarik.
Selain menggunakan media sosial, Hanan melakukan pendekatan dengan menggelar main bareng. Remaja dan pemuda jalanan turut didekati dan diajak. Mereka mendekati para pemuda yang gemar main skateboard, kelompok musik, bahkan sampai ke geng motor sekalipun. Rupanya pendekatan itu berjalan efektif.
Beberapa video kajian Hanan ada yang ditampilkan di akun YouTube. Menggunakan media sosial untuk menyiarkan dakwah pun tak luput dari upaya pihak tertentu yang memanfaatkan videonya untuk kepentingan lain. Ada saja yang, misalnya, mengambil konten kajiannya lalu diedit sehingga mengubah makna awal yang ingin disampaikan. Hasilnya, video editan pihak tak bertanggung jawab tersebut, menurut Hanan, seolah isinya menghakimi sesuatu. “Saya tidak setuju karena dakwah saya itu menghindari menghakimi orang lain. Meskipun melakukan kesalahan, kita tidak menghakimi, tapi mengajak,” tutur Hanan.
Selain itu, tantangan memanfaatkan media sosial sebagai sarana berdakwah pun mengundang persepsi negatif. Ada saja pihak yang menilai tidak seperti itu dakwah dilakukan. Namun, yang utama bagi pria ini adalah berpegang pada panduan yang paling penting, yakni berdakwah tanpa melanggar syariat.
Upaya yang dilakukan Hanan sebetulnya juga dilakukan beberapa ustad atau penceramah lain. Contohnya, Khalid Basalamah yang kerap menyampaikan kajian-kajian sunah. Kajian yang disampaikan Khalid cenderung lebih serius. Biasanya yang disampaikan Khalid lebih mudah dipahami oleh pihak yang sudah memiliki bekal pemahaman Islam lebih dulu.
Lain cerita dengan cara yang disampaikan Hanan. Pengajian di media sosial maupun pertemuan langsung di masjid-masjid yang digelar Khalid pun kerap dipenuhi jemaah. Video kajiannya di YouTube juga cukup mendapati angka tertinggi dalam pencarian.
Hal tersebut disampaikan Sarah Fauzia, 21 tahun, yang belakangan merasa cocok dengan kajian sunah yang dibawakan Khalid. Meski cenderung serius, menurut Sarah, apa yang disampaikan Khalid cocok dengan apa yang ia cari selama ini.
Perempuan yang sedang menunggu kelahiran anak pertamanya ini sudah sering mengikuti pengajian yang digelar di beberapa tempat. Namun, menurut dia, saat mengikuti kajian Khalid, ia seperti menemukan salah satu muara yang memenuhi pertanyaannya selama ini. “Sederhana saja, apa yang disampaikan itu mengajarkan apa yang disunahkan Rasulullah,” kata Sarah.
Memang kadang, menurut Sarah, ada beberapa hal yang disampaikan Khalid bisa saja tak berterima oleh masyarakat umum ataupun ulama lain. Namun hal itu kembali pada pilihan untuk mau mengikuti ajaran sunah atau tidak. Sebagai orang yang cukup rutin mengikuti kajian Khalid, Sarah tidak pernah mendapati Khalid menyalahkan ajaran lain atau menyebut aliran lain sesat, seperti yang sempat ramai belakangan ini. “Yang saya tangkap, Ustad Khalid hanya menyampaikan hal yang diajarkan Rasul,” ujar dia.
Sosok lain yang juga cukup banyak diikuti adalah kajian Adi Hidayat. Sosok satu ini dikenal sebagai ustad yang memiliki pengetahuan sejarah Islam yang baik. Adi pun dikenal sebagai sosok ustad yang lembut dalam menyampaikan ilmu agama.
Beberapa konten keislaman kadang juga dibagikan tak hanya oleh para ustad atau pemuka agama yang memang mempelajari Islam secara formal. Ada pula beberapa tokoh publik yang sudah melewati proses pencarian yang juga turut membagikan konten keislaman di akun media sosial mereka.
AISHA SHAIDRA