TEMPO.CO, Denpasar - Masjid Al-Muhajirin di Kampung Islam Kepaon, Denpasar dipenuhi ratusan warga menjelang azan magrib. Setelah menunaikan salat magrib berjemaah mereka buka puasa di bulan Ramadan bersama dalam tradisi Megibung.
"Makna Megibung untuk kerukunan kami," kata tokoh masyarakat Kampung Islam Kepaon, Haji Ishak Ibrahim, Senin, 5 Juni 2017.
Tradisi Megibung sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu. Ishak menjelaskan selama Ramadan warga Kampung Islam Kepaon rutin tadarus Al-Qur'an. Setiap malam setelah salat tarawih warga membaca tiga juz sampai menjelang waktu sahur. Maka dalam 10 hari, khataman Al-Qur'an, sejumlah 30 juz.
Baca juga:
Ramadan 2017, Berbagibuka.com Sebar Makanan ke Masjid di Bandung
"Kita melalui 10 hari puasa dengan tenang, serta khataman dalam 10 hari. Tujuan Megibung sebagai tasyakur karena kesehatan dan rezeki yang luar biasa," tuturnya. Selanjutnya, hari ke-20 dan ke-30, Megibung kembali dilakukan.
Saat megibung warga makan bersama dalam satu wadah yang sama. Hidangan lauk-pauk yang disajikan berbeda-beda. Biasanya satu wadah, ada empat atau lima orang yang makan bersama. Tidak ada rasa canggung di antara mereka saat megibung. Anak-anak sampai orang tua pun bisa makan dalam satu wadah. Mereka tinggal menyesuaikan makanan yang diinginkan.
Baca pula:
Kolom Ramadan: Akhlak kepada Pemeluk Agama Lain
Semua makanan megibung dari sumbangan warga Kepaon. "Ibu-ibu di sini merasa bahagia kalau bisa membuat hidangan untuk megibung," kata salah satu warga Kepaon, Mudrikah, 43 tahun.
Mudrikah yang juga ikut megibung sudah mengikuti tradisi ini sejak masih berusia 7 tahun. "Ya, selalu dari dulu kami menikmati kebersamaan ini," katanya.
Warga yang menyediakan hidangan makanan ini dibagi menjadi tiga. Warga Kampung Islam Kepaon menyumbang bergiliran dari sisi kelod (selatan), tengah, dan kaja (utara) setiap 10 hari. Saat 10 hari Ramadan ini sumbangan dimulai dari warga sebelah selatan.
Tradisi Megibung ini menyedot antusiasme masyarakat di luar Kepaon, salah satunya Riza Wulandari dari Ponorogo, Jawa Timur. Ia baru satu tahun tinggal di Bali. "Saya juga baru kenal dengan warga di sini," katanya.
Riza tidak canggung makan bersama lima orang warga Kepaon dalam satu wadah. "Ini yang bikin enak, sebagai makna kebersamaan," tuturnya.
BRAM SETIAWAN