Ramadan 2017, Warung Kopi Ramai Dikunjungi Seusai Tarawih

Seorang peracik kopi di warung Kopi Premium Beurawe menyiapkan kopi kepada pelanggan usai tarawih, 30 Mei 2017. Foto: ADI WARSIDI
Seorang peracik kopi di warung Kopi Premium Beurawe menyiapkan kopi kepada pelanggan usai tarawih, 30 Mei 2017. Foto: ADI WARSIDI

TEMPO.CO, Jakarta - Pada Ramadan 2017, warung kopi di Banda Aceh selalu ramai dikunjungi oleh warga seusai salat isya dan tarawih. Warung kopi menjadi tempat berkumpul dan silaturahmi.

Pada Ramadan 2017, di daerah yang memberlakukan syariat Islam, warung kopi diharuskan untuk memakai aturan buka-tutup. Warung praktis tutup sejak pagi dan baru buka menjelang berbuka puasa. Setelahnya, warung harus tutup lagi menjelang isya dan salat tarawih, lalu bisa terus membuka sampai menjelang imsak.

Baca juga: Masjid Arab di Kota Makassar tanpa Jemaah Wanita

Amatan Tempo, Sabtu malam, 3 Juni 2017, di warung Solong Ulee Kareng, sebagian jemaah yang selesai menunaikan salat di Masjid Ulee Kareng, langsung duduk di atas meja-meja kopi dan memesan menu. Selain kopi, sanger, dan teh, ada aneka minuman lainnya. Ada juga makanan Mie Aceh, martabak, dan canai serta kebab.

Karena baru pulang dari masjid, tak heran banyak pengunjung yang masih berpeci dan sarung, serta perempuan bermukena. “Selama Ramadan, aktivitas warung hanya malam, dan akan selalu ramai,” kata Fauzi, peracik kopi tradisional Aceh.

Seorang pengunjung, Rizal mengatakan sudah menjadi kebiasaan warga untuk ke warung kopi seusai tarawih. Selain untuk ngopi, kegiatan itu dipakai untuk mempererat silaturahmi dengan rekannya. “Bahkan ada yang melakukan pertemuan bisnis,” katanya.

Warung-warung kopi yang padat pengunjung di Banda Aceh pada Ramadan 2017 terlihat di sepanjang Jalan P. Nyak Makam, Simpang Surabaya, Keutapang, Jeulingke, dan juga Ulee Kareng, Banda Aceh. Sebagian buka sampai menjelang imsak, sebagian ada yang tutup memasuki dinihari.

ADI WARSIDI