Sediakan Makanan Selama Ramadan, Istiqlal Butuh Rp2,5 Miliar

Ratusan warga memadati area buka bersama di masjid Istiqlal, Jakarta, 27 Mei 2017. TEMPO/Rizki Putra
Ratusan warga memadati area buka bersama di masjid Istiqlal, Jakarta, 27 Mei 2017. TEMPO/Rizki Putra

TEMPO.CO, Jakarta - Aroma bumbu masakan membekap saat TEMPO mengunjungi dapur Koperasi Masjid Istiqlal yang biasa menyediakan hidangan untuk berbuka puasa selama Ramadan di masjid terbesar di Asia Tenggara ini. Juru masak dapur Koperasi Masjid Istiqlal, Abbas Adi Wijaya mengatakan buka puasa di Istiqlal memerlukan 250 ekor ayam per hari.

Ayam ini dipotong menjadi empat bagian, lalu dimasak dengan lengkuas, jahe, bawang putih, bawang merah, kunyit, kemiri, dan cabe. "Santannya dari 50 butir kelapa," kata Abbas, sambil meminta izin mengecek tingkat kematangan masakan dari beberapa panci, Rabu 31 Mei 2017.

Proses memasak dimulai sejak pukul 08.00. Jamuan berbuka dimatangkan dengan mengunakan 10 kompor agar masakan bisa dihidangkan pukul 16.00. Selama Ramadan, juru masak ditambah menjadi tujuh orang. "Hari biasa sih cuma empat," ujar Abbas.

Baca: Ramadan, Harga Jengkol Hampir Semahal Daging

Sebanyak 27 orang mengemas makanan ke dalam 700-1000 kotak nasi per hari. Mereka mengemas mulai pukul 13.00. "Sebentar ya, saya bawa masuk dulu," ujar Abbas membantu rekannya membawa baskom berisi tempe goreng ke ruang koperasi.

Menurut Abbas, pengelola koperasi selama Ramadhan menambah 14 pekerja. Meski begitu, karyawan tetap kerepotan mengerjakan semuanya. Di luar bulan puasa, mereka bekerja untuk usaha katering dan kantin. "Pekerja tambahan ini dibayar per hari."

“Lihat ini,” ujar Abbas menunjukan nasi yang yang ditiriskan dari panci. Selama Ramadan, tiap hari Istiqlal menghabiskan 100 kilogram beras. Nasi ini lauknya ayam bumbu, tempe, sayur dan sambal. Di dalam kotak juga ada pisang dan air mineral. "Ditambah kurma juga sesuai dengan sunah nabi."

Baca juga:Tips Membeli Tiket Pesawat Murah untuk Lebaran

Menurut Abbas seluruh bahan pangan dibeli di Pasar Induk Cipinang dan Kramat Jati, Jakarta Timur. Tiap hari diperlukan 100 balok tempe, 50 kilogram sayuran, serta bumbu. "Kalau kurma disediakan oleh pengelola Istiqlal," ujarnya.

“Masuk ke dalam saja kei ruangan, liat-liat orang bikin boks.” Abbas mengajak Tempo ke kantor Koperasi Masjid Istiqlal. Di dalam ruangan ada sembilan perempuan merangkai kertas untuk kotak makanan. Dua orang pria bertugas menyusun kotak yang selesai dibentuk.

Karyawan Koperasi Masjid Istiqlal, Siti Fatimah mengatakan pekerjaan yang perempuan hanya sampai mempersiapkan buka puasa. Kalau untuk yang sahur, tinggal laki-laki saja yang menyiapkannya. Mereka memasak mulai pukul 23.00 dan harus sudah siap pukul 02.00. "Khusus untuk sahur kami mendapat pesanan 100-200 per hari," ujar Fatimah sambil menyusun kotak bertuliskan "Jamuan Ta'jil Masjid Istiqlal". Di kotak itu juga terdapat nama "Bulan Sabit Merah Uni Emirat Arab dan Kedutaan Besar Uni Emirat Arab".

Simak: Tip Tetap Sehat dan Bugar Selama Menjalani Ibadah Puasa

Kepala Protokol Masjid Istiqlal, Abu Huraerah Abdul Salam mengatakan bahwa program Amaliah Ramadhan di Masjid berkapasitas 200 ribu orang membutuhkan dana sebesar Rp2,5 miliar. Dana ini untuk membiayai konsumsi sahur dan buka puasa. Untuk sahur disediakan 500-1000 kotak nasi setiap hari.

Untuk berbuka puasa pada Senin sampai Kamis disediakan 3-3,5 ribu kotak nasi. Di akhir pekan bisa 4-5 ribu kotak. "Setiap kotak nasi itu hasil kerja sama dengan katering seharga Rp20-25 ribu," ujar Abu.

Untuk pengadaan makanan buka puasa selama Ramadan, kata Abu, pengelola Istqlal bekerja sama dengan lima usaha katering dan rumah makan. Pengelola juga bekerjasama dengan rumah makan minang tersohor di Jakarta.


IRSYAN HASYIM | ENDRI kURNIAWATI