Berburu Pastel Raksasa Jalangkote Menjelang Buka Puasa Tiap Ramadan  

Ilustrasi pastel. Youtube
Ilustrasi pastel. Youtube

TEMPO.CO, JakartaJalangkote merupakan salah satu makanan yang juga banyak dicari menjelang berbuka puasa di bulan Ramadan. Terlebih jalangkote atau pastel berukuran jumbo yang ada di toko Santika di Jalan Todopuli VII, Makassar. Jalangkote milik Nurhayati ini dibuatnya dengan dua model, yakni berbentuk love dengan ukuran dua telapak tangan orang dewasa dan model biasa berukuran satu telapak tangan orang dewasa.

Pembuat jalangkote, Nurhayati, 46 tahun, mengakui sejak dua tahun lalu dirinya berjualan jalangkote yang berukuran telapak tangan orang dewasa ini. Namun, pada bulan Ramadan, permintaan semakin banyak dibanding hari biasanya. “Hari biasa itu hanya 60 biji, tapi selama Ramadan meningkat permintaan sampai 120 biji,” kata istri Mushar, 47 tahun, ini, Selasa, 30 Mei 2017.

Baca juga:
Buka Puasa di Biak Numfor, Aneka Takjil di Jalan Selat Makassar

Ia menjelaskan, pastel per biji untuk model love dijual seharga Rp 12 ribu, sedangkan yang model biasa Rp 10 ribu. Adapun terigu yang dihabiskan dalam sehari sebanyak 25 kilogram, yang dibeli seharga Rp 130 ribu. Karena itu, pelanggan yang ingin membeli jalangkote raksasa harus memesan sehari sebelumnya. “Kalau pesan ini hari, besok baru bisa diambil,” tuturnya.

Menurut Nurhayati, selama Ramadan, dirinya dibantu empat orang, termasuk anak dan keponakannya. Dirinya mulai mempersiapkan adonan dan isi jalangkote sejak pukul 10.00 Wita. Kemudian, mulai menggoreng pada pukul 13.00 Wita. “Yang membedakan dengan jalangkote biasa adalah isinya, karena ada dua sosis dan satu telur,” tuturnya.

Baca pula:
Kuliner Ramadan di Benhil Sekarang Pindah Tempat

Dia mengungkapkan bahwa selama Ramadan pelanggan yang memesan bukan hanya dari Makassar dan sekitarnya saja, tapi juga dari Kabupaten Maros dan Gowa. Dan satu orang biasa rata-rata memesan 5-8 biji. Selain menjajakan jalangkote raksasa, dirinya menjual pastel yang berukuran normal seharga Rp 5.000 per empat biji. Awalnya, dia merintis usaha tersebut saat masih berada di Jalan Abu Bakar Lambogo, kemudian pindah ke Jalan Todopuli, dengan modal awal Rp 1 juta.

DIDIT HARIYADI

Video Terkait: Permintaan Kue Kering untuk Lebaran Mulai Meningkat 80 Persen