Ramadan 2017, Produksi Songkok Makassar Naik 300 Persen

Seorang pekerja menggambar di atas songkok Awing untuk anak anak di kawasan jalan KH Kholil, Gresik, (12/7). Songkok anak ini di jual mulai harga 27 ribu hingga 35 ribu.TEMPO/Fully Syafi
Seorang pekerja menggambar di atas songkok Awing untuk anak anak di kawasan jalan KH Kholil, Gresik, (12/7). Songkok anak ini di jual mulai harga 27 ribu hingga 35 ribu.TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, Makassar - Songkok adalah salah satu kelengkapan muslim yang banyak diburu saat Ramadan 2017. Para pengrajin songkok seperti yang ada di Jalan Kodingareng Nomor 23 Makassar, Sulawesi Selatan, pun ketiban rezeki selama Ramadan 2017.

Pemilik usaha Abdul Salam Razak, 51 tahun, mengatakan Ramadan 2017 berdekatan dengan momentum Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Sehingga terjadi peningkatan jika dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Di mana yang dulunya hanya bisa produksi 100-200 buah, sekarang bisa mencapai 500-600 buah. "Kebetulan bersamaan momentum Pilkada dan Ramadan, jadi kita agak kerepotan," ucap Abdul Salam Razak, Minggu 28 Mei 2017.

Baca juga: Àwal Ramadan, Mobil Bekas Mulai Diburu

Menurut dia, tiap Ramadan jumlah songkok yang diproduksi meningkat mencapai 200-300 persen. Sebab, bukan hanya didistribusikan ke Sulawesi Selatan, melainkan provinsi lain seperti Kendari, Palu dan Kalimantan. "Bahkan ada juga pesanan sampai ke Tawau Malaysia, melalui Nunukan," tutur dia.

Salam mengatakan bahwa orang yang pesan ini mulai ratusan hingga ribuan songkok. Dengan berbagai macam harga mulai Rp 10 ribu hingga Rp 100 ribu. Dia melanjutkan saat ini pihaknya melakukan penambahan karyawan mencapai 40 orang dari sebelumnya hanya 20 orang saja. "Untuk tren songkok yang banyak diminati itu khusus karakter anak-anak dan yang tayang di televisi," ucap dia.

Saking banyaknya pesanan, ia menjelaskan saat ini jam kerja para karyawan sudah melewati hari biasa. Mereka hanya istirahat saat sahur pada Ramadan 2017. "Kami kerja terus siang malam karena banyak yang nelepon pesan barang dan sulit kami layani," tutur Salam.

Salam menambahkan usaha ini sudah digeluti sejak puluhan tahun sejak kakeknya. Salam menceritakan kakeknya merintis usaha itu sekitar 20 tahun kemudian dilanjutkan oleh ayahnya 10-15 tahun. "Lalu saya lanjutkan lagi, saya baru tujuh tahun menggeluti usaha ini," katanya. Namun karena kakek yang dulu tak kreatif sehingga hanya berwarna hitam polos saja.

Awalnya, kata dia, dalam bisnis tersebut terhambat dari segi permodalan dan barang yang diproduksi tak langsung laku. Sehingga usai dibuat maka disimpan digudang dan menunggu momen yang tepat untuk dijual. "Betul-betul usaha ini hanya pengalaman skill saja, kita produksi kemudian dijual," ucap Salam.

Adapun tips usaha ini tetap bertahan, Salam membeberkan dia selalu mengikuti perkembangan zaman dan lapangan. Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga telah memiliki brand tersendiri yang tidak dimiliki oleh orang lain. "Brand kami itu selalu habis," ucap dia.

Sementara untuk omzetnya dalam sebulan pada bisa mencapai Rp 200 juta. "Apalagi sekarang kami kewalahan dengan banyaknya pesanan. Kalau momen puncak ratusan omzetnya," kata Salam optimistis dengan prospek di Ramadan 2017.

DIDIT HARIYADI